Aceh Timur |Detikkasus.com -Dari kasus korupsi tambang timah merugikan negara 271 triliun, kita bisa melihat betapa rakyat Indonesia ributnya luar biasa, hal itu karena mereka marah dan sadar bahwa semua kekayaan alam itu adalah kekayaan negara mereka yang merupakan hak mereka dan generasinya ke depan untuk kesejahteraan dan pembangunan serta kemajuan bangsa.
Mereka jelas marah ketika itu dirampok demi memperkaya segelintir orang dan keluarganya di negeri ini yang hidup kaya raya bergelimang harta penuh kemewahan dari menjarah kekayaan alam indonesia. Karena jutaan orang Indonesia itu tahu, yang dirampok itu juga milik dan hak mereka sebagai warga negara. Makanya mereka memprotes.
Kenyataan itu jauh beda kalau di tempat kami, palingan cuma kami dan satu dua orang lainnya saja yang masih berteriak, selalu memperhatikan dan ribut mempertanyakan kekayaan alam yang dikeruk hasilnya di bawa kemana, sedangkan ribuan orang lainnya hanya planga-plongo tak mau tau… Kemana hasil kekayaan alam negerinya dibawa.. Bagi mereka serangan fajar 100 ribuan bisa bikin kenyang dan menyumbat mulut 5 tahun sekali.. Betapa nalar jelas sudah mati, otak jadi buntu.
Yang lebih parahnya lagi kawan – kawan kami yang seharusnya memperjuangkan itu, seolah diam – diam sengaja menutup nutupinya, dan secara sukarela bermesraan dengan perusahaan perusahan pengeruk kekayaan alam itu. Antek-antek penjilat perusahaan itu pun sengaja menutup – nutupi segalanya dari masyarakat, berkhianat demi sepiring nasi, tidur di Hotel mewah sehari dan uang jajan sejuta. Mereka rela dimasukin air dalam pantatnya oleh pihak perusahaan yang menganggap mereka sebenarnya orang – orang tolol yang bisa dibodoh -bodohi, asal dikasih sejuta, pikirannya pun dibuat tak jalan. Betapa murahannya, otak dibikin tak berfungsi.
Ironisnya, bahkan dengan gampangnya aja mereka bisa dibungkam dan dibawa – bawa seperti lonte ke medan dan kemana perusahan suka untuk meninabobokan mereka, bisa dibayar sejuta oleh pihak perusahaan yang mengeruk kekayaan alam dan merahasiakan hasil triliunan dari mata publik.
Bahkan mereka diamkan apa pun yang dilakukan pihak perusahaan pengeruk kekayaan alam. Mereka berubah jadi agen pembodohan masyarakat, bukan lagi agen perubahan dan pencerdasan.
Teman – teman kami rela mengkhianati bangsanya sendiri supaya sadar dan membuka mata tentang hasil kekayaan alam negerinya yang dikeruk dan dirampok secara diam – diam demi mengenyangkan dan memperkaya segelintir orang penjarah kekayaan alam di negeri ini beserta centeng-centengnya, teman – teman kami menjilat pantat pimpinan perusahan dan pejabat serta elit yang rakus dan menindas,
Mereka rela menjilat dan melakukan apa saja demi kepentingan elit pengkhianat bangsa dan mengenyangkan perut dan memperkaya elit yang semakin kaya dan dianggap mulia oleh para penyembah kebodohan itu.
Terkadang kebodohan dan perampokan itu berkolaborasi dalam tampilannya yang humanis dan religi.
Wahai para perampok dan antek – antek penjilatnya, coba jawab, kemana kalian bawa semua hasil kekayaan alam kami?..
(Jihandak Belang/Sumber Lei Ronny)