Kantong Plastik Hilang, Muncul Kardus Bekas

Kalimantan Barat |Detikkasus.com -Sejak 1 januari, pemkot pontianak memulai perang besar. Bukan melawan penjajah atau monster kaiju, tapi melawan kantong plastik. Ya, plastik. Si jahat kecil, yang selama ini diam-diam merajalela. Mencekik bumi, dan membuat penyu-penyu menangis di kedalaman samudera. Saya, tanpa persiapan apa pun terjebak di garis depan pertempuran ini.

Baru saja, saya mengunjungi sebuah swalayan di sungai jawi pontianak. Seperti biasa, saya memasuki zona belanja dengan santai. Tak menyadari bahwa petualangan epik sedang menanti, di kasir. Sang kasir, seorang pahlawan tanpa jubah. Bertanya dengan nada yang serius, “maaf. Pak, apakah bawa kantong belanja?”. Saya, dengan polosnya. Menjawab, “tidak.” Lupa, ya. Lupa, marena larangan plastik ini. Masih baru, seperti lagu TikTok yang belum sempat viral.

Baca Juga:  Kanit Binmas Memberikan Ceramah Tentang Kamtibmas Kepada Perwakilan Siswa Siswi Tingkat SMP/MTs Sekecamatan Sukasada

“Kalau tidak bawa, kami siapkan kardus. Atau beli kantong, Rp.3000”. Lanjut sang kasir, seolah menawarkan pilihan antara hidup. Dalam kehinaan atau mati, dalam kemuliaan. Saya memilih kardus, kenapa? Karena Rp.3000 itu, bisa buat beli nasi bungkus bergizi. Yang ada belalangnya, prioritas dong.

Kasir pun mengambil kardus bekas. Ya, kardus bekas. Bukan kardus baru yang masih berkilau seperti pedang Excalibur. Tapi kardus bekas yang mungkin pernah menjadi benteng pertahanan bagi sekotak mi instan atau chiki. Di rak meja kasir, tidak ada lagi tumpukan kantong plastik. Hanya ada tumpukan kardus bekas. Seolah-olah supermarket ini berubah menjadi medan perang yang dipenuhi oleh puing-puing bekas pertempuran.

Dua pilihan, pakai kardus atau beli kantong. Atau, bawa sendiri dari rumah. Seolah-olah belanja sekarang memerlukan strategi seperti dalam film The Hunger Games. “Bawa kantong sendiri atau hadapi kardus bekas!” mungkin bisa jadi tagline baru.

Baca Juga:  Propam Polres Buleleng Cek Kehadiran Personil Dengan Laksanakan Absensi Harian

Tujuannya memang mulia. Kurangi plastik. Selamatkan bumi. Tapi, mari kita lihat fakta-fakta sampah plastik yang menjadi isu global. Menurut data, sampah plastik di laut bisa membunuh 1 juta burung laut dan 100.000 mamalia laut setiap tahun. Ya, plastik itu seperti Thanos bagi ekosistem laut. Tapi, apakah kardus bekas adalah solusi yang lebih baik? Atau kita hanya memindahkan masalah dari laut ke darat?

Bayangkan saja, kardus bekas itu mungkin pernah menjadi tempat tumpahan saus sambal atau minyak goreng. Sekarang, barang belanjaan ente akan bersentuhan langsung dengan kardus itu. Selamat, ente baru saja membawa pulang sedikit sejarah dari supermarket. Mungkin suatu hari nanti, kardus bekas ini akan menjadi barang koleksi bernilai tinggi, seperti lukisan Mona Lisa.

Baca Juga:  Wujud Sinergitas, Bhabinkamtibmas Kedis Ikut Mebat Dirumah Perbekel

Tapi, setidaknya kita sudah berusaha. Kurangi plastik, selamatkan bumi. Meskipun mungkin kita hanya memindahkan masalah dari kantong plastik ke tumpukan kardus bekas. Tapi, siapa tahu? Mungkin suatu hari nanti, kita akan menemukan solusi yang lebih baik. Atau, mungkin kita akan kembali ke zaman nenek moyang, membawa keranjang anyaman dari rumah.

Sementara itu, selamat berbelanja dengan kardus bekas. Semoga petualangan ente lebih epik dari milik saya. Dan ingat, di era perang melawan plastik ini, kardus bekas adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Selamat berjuang, para pejuang lingkungan!

(Pasukan Ghoib/Team Grop GWI/Sumber Rosadi Jamani/Ketua Satu Pena Kal-Bar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *