Detikkasus.com – Saya dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya, saya sendiri sudah merasa benar dan orang yang saya kritik salah.
Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain?
Karena saya percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu Membangun.
Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.
Setelah usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku2 kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku2 Wisdom mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.
Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di dalam toples yang berbeda.
Toples yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi pujian dan motivasi setiap hari.
Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.
Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya saya meminta para guru di sekolah kami utuk melakukan experimen ini bersama para murid di sekolah. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples yang setiap hari diberikan kritikan oleh murid-murid, lebih cepat rusak, hitam dan membusuk. Dan di sekolah kami mengajarkan para siswa melalui experimen ini agar tidak mengejek, menhujat atau mengkritik sesama teman, dan melatih mereka untuk bicara baik-baik yang tidak mengkritik.
Dan sejak itulah saya belajar untuk tidak mekritik orang lain, terutama anak dan istri saya.
Dan percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, Istri saya jadi jauh lebih perhatian dan wajahnya lebih berbinar dan anak-anak saya jauh lebih baik, ganteng, kooperatif dan sayang pada ayahnya.
Apa yang saya ubah dari diri saya sehingga anak dan istri saya berubah?
Saya ganti kalimat saya yang mengkritik istri dan anak saya dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan.
Saya berterimakasih pada istri dan anak saya dan memujinya dan sering kali sambil memeluknya, saat mereka berhasil berhenti dari kebiasaan yang kurang baik.
Yuk mari kita renungkan, malah kalau perlu kita coba melakukan experiment yang sama bersama anak-anak dirumah atau murid-murid kita di sekolah.
So….. masihkah kita percaya bahwa KRITIK ITU MEMBANGUN ?
Masihkah kita percaya ada KRITIK YANG MEMBANGUN?
Masihkah kita mau mengkritik orang lain, terutama suami, istri dan anak-anak kita..?
Tentu saja pilihan itu terserah pada diri kita masing-masing karena hidup ini adalah pilihan bebas berikut konsekuensinya masing-masing.
Tapi coba rasakan dan ingat-ingat lagi apakah dengan sering mengkritik orang lain akan membuat orang yang kita kritik menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya balik mengkritik kita…?
Dan coba lihat apa yang anda rasakan di hati kita pada saat kita sedang dikritik oleh orang lain? Nah perasaan yang sama itulah yang juga akan dirasakan oleh orang lain yang kita kritik.
May all beings be happy
Be free from suffering
??????
Bambang hartono