Jawa Timur – Kab Lamongan, detikkasus.com –
Di Lamongan Jawa Timur memang banyak obyek wisata yang sudah terkenal,termasuk WBL(Wisata Bahari Lamongan)Goa Maharani,Wisata Religi Sunan Drajat,dll, namun ada monumen bersejarah yang terkesan di abaikan dan tidak terawat,seperti monumen Van Der Wijck di Brondong Lamongan ini,padahal bila di rawat dan dibangun dengan baik, monumen itu bisa dijadikan obyek wisata dan pasti akan menambah devisa negara khususnya kabupaten Lamongan,
Ketua Umum JCW(Jatim Corruption Watch)Provinsi Jawa Timur Prof.Dr.K.M.Muzakkin,M.pdi,MH(Gus Zakky), mendorong pemerintah agar monumen ini bisa dijadikan obyek wisata andalan Kabupaten Lamongan,khususnya kecamatan Brondong yang terkenal dengan nuansa kelautanya ini, monumen bersejarah itu bernama Monumen Van Der Wijck,
Gus Zakky memaparkan,”Bahwa monumen tersebut dibangun pada tahun 1936 sebagai tanda terima kasih masyarakat Belanda kepada para nelayan yang telah banyak membantu saat kapal yang namanya diambil dari nama Gurbenur Jenderal Hidia–Belanda itu tenggelam.
Kapal yang juga disebut dengan nama De Meeuw atau The Seagull, yang dalam bahasa Indonesia berati “Burung Camar”, sangat cocok untuk menggambarkan keanggunan kapal yang pada bulan Oktober 1936 tenggelam saat dalam perjalanan dari Bali menuju ke Semarang dan sempat bersinggah di Surabaya. Kapal besar dengan lebar 13,5 meter dan berat lebih dari 2,5 ton ini tengelam karena kebanyakan muatan orang.
Korban meninggal sebanyak 4 orang, dan hilang di laut diperkirakan sekitar 50 orang dari sekitar 240 penumpang.
Jumlah korban tidak diketahui pasti karena ada yang mengatakan banyak warga pribumi yang ikut hilang dan tak tercatat sebagai penumpang dalam kapal ini. Saat kapal mulai tenggelam, para nelayanlah yang membantu proses evakuasi dan menyelamatkan korban-korban yang bisa ditolong”,tuturnya saat ditemui awak media di pesantrenya,(Ahad 24/12/2017).
Lanjut Pria yang juga Ketua Pusat BPAN RI(Badan Penyelamat Aset Negara Republik Indonesia)ini, “Kondisi Monumen berbentuk persegi panjang yang menjulang ke atas ini merupakan salah satu dari monumen bersejarah di Indonesia. Memang, apabila dibandingkan dengan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Tugu Pahlawan di Surabaya, Monumen Bandung Lautan Api di Bandung, atau Monumen Palagan Ambarawa di Semarang, tentu Monumen Van Der Wijck ini lebih sederhana dan tidak sepopuler keempat monumen di atas.
Tapi Monumen Van Der Wijck ini memiliki keunikan cerita tersendiri yang berbeda dibanding empat monumen itu.
Jika Monas, Tugu Pahlawan, Monumen Bandung Lautan Api, serta Monumen Palagan Ambarawa memiliki makna perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, monumen Van Der Wijck lebih bercerita tentang perjuangan nelayan Brondong membantu penumpang kapal Belanda yang tenggelam.
Ironisnya, tidak banyak masyarakat sekitar Brondong yang tahu tentang cerita yang tersimpan di balik monumen ini. Bahkan ada yang tidak tahu tentang keberadaan monumen tersebut. Memang monumen yang tigginya hanya sekitar 4 meter ini tidak begitu menonjol, bahkan lebih rendah dari sebuah menara yang berada tepat di sebelahnya,padahal sebagai masyarakat Brondong harus mengerti sejarahnya ini,”,
ungkapnya.
Saat Awak Media mencoba bertanya pada masyarakat setempat bernama Haris, “ini bangunan apa mas ? Jawabnya,saya tidak tau pak,sebelum saya lahir sudah ada bangunan ini”,tuturnya,
Jika kita melihatnya dari dekat, memang tidak terkesan bahwa monumen tersebut memiliki cerita yang melegenda. Padahal jika dilihat dari sudut pandang sejarah yang ada, monumen ini bisa dijadikan ikon tersendiri bagi masyarakat Brondong selain Tempat Pelelangan Ikan (TPI) nya.
Bila ingin tau, monumen ini bisa kapan saja dikunjungi, karena memang terbuka untuk umum, untuk mengunjunginya pun tidak dikenakan biaya,alias gratis. Lokasinya di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, sekitar 15 km sebelah timur Tuban, atau sekitar 84 km sebelah barat Surabaya.
Lokasinya berada persis di belakang gerbang masuk TPI dan bersebelahan dengan kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera, membuat monumen ini sangat mudah ditemukan. Selain melihat monumen ini juga bisa sekalian berbelanja ikan segar secara langsung di pedagang ikan laut yang letaknya tidak lebih dari 100 meter dari monumen.
Meskipun terlihat sepi dari pengunjung, monumen ini layak untuk dikunjungi, terutama jika wisatawan ingin melengkapi dan mengetahui sejarah yang menginspirasi perkembangan sejarah di negeri tercinta ini,
Jadi untuk memperkenalkan kembali pada publik apapun alasanya,pemerintah harus segera memperhatikan monumen ini agar anak cucu kita masih mengerti sejarahnya monumen ini,dan tidak hilang historisnya ditelan zaman begitu saja, Demikian kata Gus Zakky yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Rehabilitasi Sakit Jiwa dan Narkoba “Dzkirussyifa’ Asma’berojomusti” Di Sekanor,Sendangagung,Paciran Lamongan Jawa Timur Ini,Pungkasnya.
Sumber berita
Suara JCW.news
Reporter :
Mbak Kiki JCW/ARIF