Detikkasus.com | Artikel
Hari demi hari, pekan demi pekan, sudah 2 tahun lebih dimana serangan dipagi buta pada 11 april 2017 itu nyaris membutakan mantan polisi yang dikenal berani membongkar kasus kasus korupsi kakap dinegri ini yaitu Bapa Novel Baswedan yang belum juga terpecahkan. Prosedur demi prosedur beliau jalani di singapura untuk pengobatan mata nya yang sekarang tidak dapat berfungsi dengan baik beliau sempat menjalani operasi membran sel mata digeneral hospital singapura. Orang yang disiram air keras dengan hanya berjarak 10 meter dari rumahnya ini membutuhkan terusutnya kasus yang menimpa beliau. Polisi memeriksa 4 orang yang diduga terlibat penyerangan kasus Novel Baswedan, dan keempat nya tidak terbukti sebagai pelaku. “ itu tindakan brutal yang saya mengutuk keras dan saya perintahkan kepada kapolri siapa, jangan sampai orang orang yang punya prinsip teguh seperti itu dilukai dengan cara cara yang tidak beradab” ujar Presiden Joko Widodo.
Namun disisi lain Novel Baswedan sendiri menyampaikan bahwa ada keterlibatan oknum dari kepolisian dalam terror yang menimpa beliau yang bukan hanya terror air keras namun juga terror terror sebelumnya.
Pada 17 juni 2019 Tim Gabungan Pencari Fakta ( TGPF ) yang dibentuk kapolri Jendral Tito Karnavian untuk mencari pelaku penyerangan Novel Baswedan merampungkan tugasnya, mereka tidak berhasil menemukan pelaku namun mereka mengumpulkan fakta bahwa penyerangan itu terjadi karna kasus kasus yang menyerang novel dimana diduga ada enam kasus yaitu : Kasus dugaan korupsi Kartu Tanda Penduduk elektronik ( E-KTP), Kasus mantan ketua MK Akil Mochtar, Kasus mantan Sekjen MA Nurhadi, Kasus korupsi mantan bupati Buol Amran Batalipu, Kasus korupsi wisma atlet, dan kasus penembakan pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu , dan menyikapi hal itu presiden memberi waktu tambahan kepada TGPF selama tiga bulan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Saat ini temuan Tim Gabungan tangah ditelusuri tim teknis yang berada dibawah pengawasan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Idham Azis.
Koalisi masrakarat sipil anti korupsi menyoroti kejanggalan dari temuan TGPF, pasalnya ada satu kasus besar yang sama sekali tidak disebutkan dalam kesimpulan hasil kerja tim.
kemungkinan terkait dengan penyerangan Novel Baswedan, Kasus tersebut adalah Penemuan Buku Merah alat bukti penting dalam kasus suap uji materi UU peternakan dan kesehatan hewan yang tengah disidik KPK, buku merah itu dirusak oleh dua oknum kpk dari kepolisian, data yang dirobek oleh kedua oknum tersebut merupakan bagian yang berisi nama dari kapolri Jendral Tito Karnavian.
Di dalam buku besar tersebut berisi catatan keuangan perusahaan Basuki Hariman yang ditulis oleh staf keuangannya Kumala Dewi, dibuku tersebut kumala dewi merangkum aliran dana dari CV. Sumber Laut perkasa kebeberapa pejabat publik salah satu namanya adalah Jendral Tito Karnavian, dimana sekarang Tito Karnavian telah masuk kedalam Kabinet Indonesia Maju yaitu Menteri Dalam Negeri.
Dan saya merasa sekarang pemerintaha yang ada di Indonesia sedang mendirikan dinasti nya sendiri, kami rakyat Indonesia hanya menginingkan terpecahkannya kasus Bapa kami Novel Baswedan bukan dengan cara mengangkat nama yang tersangkut dengan masalah beliau ke dalam Kabinet Indonesia maju.
Dan yang terjadi saat ini yang kita semua saksikan dimedia massa saat ini Bapa kita Novel Baswedan di tuduh memanipulasi kasus yang menimpa beliau beberapa tahun silam oleh politisi Partai PDI Perjuangan Dewi Tanjung dimana dia menyebut bahwa Novel Baswedan hanya merekayasa kejadian tersebut dan melaporkannyan ke Polda Metro Jaya. Persatuan Dokter Mata se Indonesia mempunyai pendapatnya sendiri yaitu perubahan warna pada kornea mata Novel Baswedan bisa terjadi karna berbagai macam sebab termasuk air keras.
Novel Baswedan hanya mengatakan bahwa “ saya yakin kok Dewi Tanjung tau bahwa laporannya tidak benar saya yakin dan saya khawatir dia ngerjain polisi tapi itu urusan dialah” dengan santainya. Dan ternyata Novel Baswedan pun tidak tinggal diam beliau melaporkan balik Dewi tanjung karna telah berbohong menuduh novel merekayasa kasus penyiraman air keras. Karena menurut pengacara Novel Baswedan rekam medis itu tidak bisa dibohongi itu adalah profesionals dari para dokter.
Karna waktu beliau diserang para kapolri dating untuk melihat bahwa itu adalah peristiwa, dan beliau dikirim ke Singapura dan didanai oleh Negara. Lalu yang saya pertanyakan, Mengapa ada orang yang melaporkan kasus lama beliau dan menyebutkan bahwa ini adalah rekayasa setelah beberapa tahun kejadian tersebut terjadi dan setelah pelantikan pergantian kabinet baru? Kami rakyat Indonesia masih meminta jawaban dari kasus BAPA KAMI NOVEL BASWEDAN.
Muhammad Juliansyah
201910050311045
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246, Kota Malang, Jawa Timur 65144