Oleh | Laily Nevy Riga Safitri.
Detikkasus.com | Pandemi COVID-19, yang di sebabkan oleh virus yang bernama Corona ini cukup sangat menggemparkan bagi dunia. Virus SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi di negara China, pada akhir tahun 2019 silam. Banyak teori tentang awal mula penyebab menyerbaknya Virus ini.
Terlepas dari segala konspirasi tersebut, para ahli pada bidang kesehatan di dunia yang bekerjasama dengan pemerintah Negara untuk menciptakan sebuah formula demi pengobatan oleh virus tersebut.
Pandemi ini dimulai pada akhir tahun 2019, namun baru masuk di Indonesia sekitar awal tahun 2020. Dan pada bulan Juni tahun 2021, virus ini telah menyebar ke seluruh dunia. Lebih dari 178 juta kasus yang terkonfirmasi, dan sebanyak 3,9 juta jiwa menyebabkan kematian oleh COVID-19 ini.
Seperti yang kita tahu, Covid-19 atau yang biasa disebut virus Corona telah menjadi trauma besar bagi seluruh penduduk bumi. Dampak yang terjadi tidak main-main, menyerang segala aspek kehiupan.
Pemerintah mengupayakan segala hal untuk mengurangi, meminimalisir hingga memberikan solusi terbaik untuk pandemi yang menyerang kita semua. Setelah hampir tiga tahun bergelut dengan pandemi, akhirnya ada titik terang dan harapan untuk melanjutkan kehidupan.
Kabar gembira dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, seperti persyaratan perjalanan yang di longgarkan, dan pelaksanaan PPKM level 1 di seluruh daerah.
Bahkan Presiden jokowi membolehkan masyarakat melepas masker jika diluar ruangan dengan syarat tertentu. Kehidupan mulai berjalan membaik, bahkan angka ekonomi yang sebelumnya anjlok kini mulai merangkak naik sejalan dengan menurunnya pengangguran.
Akan tetapi, kita harus menerima realita jika, kasus Covid-19 masih belom 100% tuntas di negara kita. Adanya kelonggaran serta kebijakan baru dari pemerintah bukan lantas membuat kita tenang dengan transisi dari pandemi menjadi endemi saat ini.
Apalagi dengan bertambahnya varian terbaru atau mutasi virus yang beragam. Seperti delta, omicron dan lainnya. Fakta tersebut yang menyebabkan para ahli mengemukakan jika bisa saja Covid-19 ini tidak akan bisa di tuntaskan sepenuhnya.
Kabar buruk mulai menghantui masyarakat Indonesia, karena naiknya kembali kasus baru Covid-19. Wisma atlet saat itu hanya tersisa dua orang pasien dari ribuan, kini harus kembali merawat pasien dengan jumlah diatas 100.
Ibukota negara, Jakarta menjadi penyumbang kasus harian terbanyak. Program vaksinasi tetap berjalan, bahkan diwajibkan yang mana hal tersebut menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk menekan kasus Covid-19.
Naik turunnya kasus Covid-19 telah berjalan beriringan bersama kita. Febrio Kacaribu Kepala badan kebijkan fiskal kementrian keuangan mengatakan bahwa Indonesia harus siap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
Membasmi virus ini bukanlah hal yang mudah dilakukan, serta prediksi berakhirnya penyebaran virus masih menjadi PR bagi para ahli. Kita harus menerima virus ini ditengah-tengah kehidupan.
Serta kemungkinan Indoesia mulai menerapkan “living with endemy” yang telah di terapkan negara lain sejak tahun 2021. Meskipun belum di tetapkan sebagai virus endemi, namun secara tak sadar masyarakat telah hidup berdampingan dengan virus ini.
Dilansir dari kompas.com Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa virus Covid-19 berpotensi akan menjadi endemi pada tahun ini, yaitu 2022. Maka pemerintah sedang menyusun kerangka untuk pedoman hidup baru jika endemi benar-benar terjadi.
Sri mulyani menambahkan bahwasannya sebanyak 89% ilmuwan telah menyatakan bahwa pandemi ini akan menjadi endemi.
Adapun definisi endemi adalah suatu kondisi dimana keadaan atau kemnculan suatu penyakit menular yang konstan dan penyakit tersebut biasa ada di dalam suatu populasi serta area tertentu.
Bukan hanya itu, faktor selanjutnya adalah seperti virus yang cenderung mudah menginfeksi satu sama lain. Serta efektivitas vaksin yang masih di pertanyakan kemampuannya dalam melindungi kekebalan seseorang.
Di Indonesia, penyakit yang menjadi endemi seperti demam berdarah dangue (DBD). Banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa endemik Covid ini mungkin memiliki dampak yang sama dengan virus pernapasan lainnya.
Maka protokol kesehatan harus dijadikan sebuah kebiasaan baru dan panutan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memulai sebuah fase baru yaitu “living with endemy” yaitu hidup dengan endemi.
Bukan hanya itu, aktifitas sosial yang dilakukan masyarakat harus tetap di sertai protokol kesehatan untuk membentengi diri dari pemaparan kasus baru Covid-19 yang telah hadir dengan beragam varian.
Kita sebagai masyarakat diharuskan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mulai untuk lebih taat pada protokol kesehatan yang telah di terapkan. Namun, pemerintah belom secara resmi menyatakan perubahan transisi dari pandemi ke endemi.
Akan tetapi jika memang diharuskan, siap tidak siap kita akan menjalin kehidupan dan menerima Covid-19 sebagai hal yang lumrah kedepannya.
Namun, tidak lupa peran pemerintah dalam mencegah serta menyelesaikan pandemi ini juga besar. Mengingat gencarnya pemerintah dalam mensosialisasikan vaksinasi bagi seluruh lapisan masyarakat.