Hilangnya Budaya Toleransi di Indonesia

Baiq Ayudia Suryannisa
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Malang

 

Detikkasus.com | Perbedaan mungkin adalah hal yang sudah lumrah kita jumpai di Indonesia,karena dengan adanya perbedaan bisa membuat kita lebih saling mengenal satu sama lain. Di dalam kehidupan, tidak mungkin semua nya sama. Pasti ada saja yang berbeda, baik dalam hal segi apapun. Dalam hal ini, saya akan membahas tentang hilangnya budaya toleransi di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia masyarakatnya bukan beragama islam saja tetapi banyak ragam agama yang lain. Kita sebagai masyarakat yang mayoritas islam harus bisa menghargai kaum minoritas, untuk apa saling membenci karena adanya perbedaan? Bukankah itu semua tidak penting? Semua sudah di atur oleh yang maha kuasa, tinggal bagaimana kita memilih ke jalan yang benar atau tidak tergantung dari kesadaran masing-masing. Saat ini, sering terjadinya kasus tentang intoleran dan kekerasan terutama dalam Beragama, yang dimana adanya salah satu pihak yang tidak memiliki rasa toleransi antar sesama. Fenomena kekerasan dan intoleran dalam beragama ini sudah sering terjadi di Indonesia dan masih berlangsung hingga saat ini, padahal dahulu masyarakat Indonesia terkenal dengan orang-orang yang bertoleransi antar sesama. Tetapi sekarang justru sebaliknya,.
Fenomena ini terjadi tentu bukan tanpa sebab, ada motif tersembunyi di dalam nya yang dimana kaum minoritas selalu merasa bahwa dirinya tidak di hargai dan kaum mayoritas merasa bahwa dirinya paling berkuasa sehingga itu yang membuat terjadinya konflik . Selain kasus kekerasan terhadap tokoh agama juga terjadi ancaman dan perusakan tempat ibadah seperti yang sering di jumpai di berbagai daerah tertentu.Sungguh sangat menyedihkan jika melihat hal ini terjadi di negeri ibu pertiwi ini, tidak seharusnya hal seperti ini terjadi. Karena walaupun kita berbeda kita tetap satu yaitu Indonesia.
Terkait dengan kasus seperti ini, seluruh komponen bangsa hendaknya tidak terpengaruh dan terprovokasi terhadap seluruh kasus yang semacam ini, pengendalian diri menjadi sangat penting, agar suasana bisa tetap kondusif. Karena akan banyak kerugian yang didapatkan jika situasi seperti ini menjadi keruh, dan tentunya akan sangat memalukan bagi bangsa yang terkenal menjunjung tinggi pluralisme beragama ini. Perlu diperhatikan, bahwa keberagamaan yang berakar kuat dari kesadaran pribadi ini semestinya memberikan nilai limpah terhadap upaya perbaikan masalah-masalah kemanusiaan. Di mana implikasi praktis dari melayani Tuhan adalah pelayanan terhadap sesama manusia. Maka menjadi tidak terlalu penting keragaman agamanya, yang penting untuk dipertanyakan adalah bagaimana kualitas keberagamaannya. Dengan cara meningkatkan pemahaman dan amal perbuatan umat beragama sesuai dengan keyakinan dan agama yang dipeluknya serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap pemeluk agama lain merupakan suatu pondasi yang kokoh untuk membangun toleransi dan kerukunan hidup umat dalam beragama.
Banyaknya agama yang dianut oleh bangsa Indonesia membawa persoalan hubungan antar penganut agama. Karena di dalam setiap agama akan menyebarkan agama yang di anut nya agar semakin banyak nya penganut agama yang di sebarkan tersebut. Kini seperti yang kita lihat mulai terjadi kemunduran atas rasa dan semangat kebersamaan yang sudah dibangun selama ini. Intoleransi semakin menebal ditandai dengan meningkatnya rasa benci dan saling curiga diantara sesama anak bangsa terutama kaum milenial. Bahkan rasa individual semakin melekat dalam kehidupan sosial dan cenderung menutup diri dari orang lain. Hegemoni mayoritas atas minoritas pun semakin menebal, menggantikan kasih sayang, tenggang rasa, dan semangat untuk berbagi. Intoleransi muncul akibat hilangnya komitmen untuk menjadikan toleransi sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persoalan yang membuat bangsa terpuruk. Kita semua tau bahwa setiap agama, baik islam, Kristen dan agama-agama lain mengajarkan kebaikan dan hidup toleransi, namun pada kenyataannya justru konflik dan pertikaian sering terjadi yang mengatasnamakan harga diri karena untuk mempertahankan agama. Padahal agama seharusnya bisa menjadi energi posistif untuk membangun nilai toleransi guna mewujudkan negara yang adil dan sejahtera serta hidup berdampingan dalam perbedaan. Untuk itu kita perlu menyadari walaupun setiap agama tidak sama, tetapi agama selalu mengajarkan toleransi, baik dalam beragama maupun hidup dalam dunia majemuk dan diperlukan kesediaan menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, berbudaya, dan berkeyakinan agama yang berbeda.
Keanekaragaman itu indah bila kita menyadari dan mensyukuri setiap perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan itu sebagai warna-warni kehidupan seperti halnya pelangi yang terdiri dari warna-warna yang berbeda namun menyatu untuk memancarkan keindahan. Setiap pemeluk agama akan memandang benar agama yang dipeluknya. Karenanya akan amat susah untuk memaksakan suatu agama terhadap orang yang sudah beragama. Memberikan kebebasan kepada setiap pemeluk suatu agama untuk menjalankan agamanya secara patut adalah sikap demokratis di dalam beragama. Dan memperkenalkan identitas agama yang dipeluk kepada pemeluk agama lain agar saling memaklumi dan menghormati adalah langkah yang baik dalam membina hubungan antar umat beragama.

Baca Juga:  Keterlibatan Perempuan dalam Pembangunan Politik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *