Detikkasus.com | Labuhanbatu – Sumut – Jum’at (23/10/2020) Mungkin inilah yang disebut, empuknya suatu tahta atau kursi sang tuan pemimpin disuatu daerah, sehingga tidak sedikit yang mencalonkan diri sebagai petarung dimasa Pilkada. “Kalah atau menang adalah hal biasa, yang terpenting baginya adalah, segala terik atau upaya harus dia lakukan untuk dapat menjadi pemenangnya, ujar RS disalah satu Warkop Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara.
RS mengatakan. “Ada calon Bupati yang akan memberikan uang, nilai rupiahnya sangat lumayan menggiurkan, calon bupati tersebut kabarnya mampu memberi uang senilai Tujuh Ratus Ribu (700.s/d.1.jt) sampai Satu Juta Rupiah, hanya untuk satu suara. Kalau dalam satu kepala rumah tangga ada yang lima suara, tentunya situasi seperti ini sangatlah diinginkan pendukung sang tuan calon bupati tersebut”.
“Kepercayaan sang tuan calon bupati yang akan memberi uang adalah si AHU”. Si AHU ini sebagai penerima Kartu Keluarga KK/KTP Kartu Tanda Penduduk untuk didaftarkan dan selanjutnya. Setelah didaftar si AHU barulah akan mendapat uang tersebut setelah lulus verifikasi. “Sangat jelas terlihat dengan mata yang jeli, sudah banyak juga KK/KTP yang diantar orang itu ke si AHU”. Cerita ini fakta, saya siap mengikutinya ujar RS
Situasi memanasnya suhu permainan politik yang di sampaikan oleh inisial RS, akhirnya sekitar Pukul 14:22 Wib melalui situs WhatsAAp, awak media media sudah mengkonfirmasi AHU, bahkan sekitar pukul 14:56 Wib melalui telepon genggam, awak media juga sudah mengkonfirmasi AHU, akan tetapi hingga sampai berita ini dikirim ke Redaksi, AHU malah tidak mau memberikan sedikitpun informasi kepada awak media, entah ada dengannya, mungkin hanya dirinyalah yang tau jawabannya.
Adi Satria Armadi, sangat menyayangkan tertutupnya informasi dari AHU. “Apa ia penyebab beliau tidak mau memberikan layanan informasi. Apa karena adanya bentuk kebenaran informasi yang di berikan inisial RS kepada awak media, sehingga beliau itu agak ling lung atau bingung, ketika berkeinginan memberikan layanan informasi”. Atau takut memberikan informasi karena adanya bentuk kesalahan.
Sebagai masyarakat labuhanbatu yang berpikir untuk maju, kemungkinan besar masih banyak yang menginginkan keterbukaan informasi, agar sesuatu yang ingin dibahas dapat terselesaikan dengan arif dan bijaksana. Dan jika “Sepandai-pandai membungkus yang busuk berbau juga, perbuatan yang salah meskipun dirahasiakan serapi mungkin, cepat atau lambat insya Allah akan ketauan juga”. Ujar Adi Satria Armadi. ( J. Sianipar )