Hakikat Mahasiswa, Bukan hanya soal IPK saja

Penulis | Wisnu Ardianto
Tempat, tanggal, lahir : Manado, 05 September 1998
Email : wisnu954ari@gmail.com
Nomor Handphone : 089698746954
Pendidikan : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, jurusan ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat : Jalan Tirto utomo, gang 6 No.10

Detikkasus.com |Untuk sepenuhnya menjalankan peran sebagai mahasiswa tidaklah mudah, ya tidaklah mudah. Mereka harus rela meyisihkan waktu luang, waktu bermain, waktu liburan mereka karena metode pembelajaran yang sudah tidak sama lagi ketika masih menjadi siswa pada umumnya. Mahasiswa adalah golongan masyarakat yang sedang menggeluti bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal dan menekuni berbagai bidang tersebut di suatu tempat yang di namakan universitas. golongan ini sering juga disebut sebagai “Golongan intelektual muda” yang penuh bakat dan potensi. Disamping itu mahasiswa juga seharusnya memiliki perilaku yang berpanutan agar menjadi contoh para adik – adiknya yang masih duduk di bangku sekolah. Namun posisi ini sudah menjadi barang yang tentunya bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam kehidupan suatu negara atau masyarakat. Mungkin sekarang kita selalu mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah dan tidak menutup kemungkinan bila lulus nanti kita menjadi bagian dari mereka bukan? Mahasiswa bisa saya katakan sebagai kebebasan, kenapa kebebasan bukannya mahasiswa itu disibukkan oleh perkara-perkara kampus? Ya, memang benar mahasiswa selalu disibukkan oleh perkara-perkara kampus namun arti kebebasan bagi saya adalah Kebebasan berfikir, Berargumen dan Bertindak.
“Bebas bukan berarti bebas berperilaku. Artinya kebebasan mengeksplorasi ide-ide dan kreativitas dengan memanfaatkan teknologi yang ada” hakikat kita sebagai mahasiswa yang seharusnya memiliki bakat yang berpotensi untuk membangun Bangsa dan Negara ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam hal makna, Dari arti kata mahasiswa bukan hanya posisi tahapan pendidikan yang dijalani setelah lulus SMA. Namun ketika menginginkan makna ini agar jelas ada dua peran yang harus dimiliki seorang mahasiswa yakni sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen control (Agent of control).
Agen perubahan (generasi perubahan) yang diharapkan membawa perubahan yang signifikan bagi Indonesia agar lebih baik kedepannya dengan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dan miskin sehingga dapat mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang di selewengkan oleh oknum-oknum elit. Agen control mahasiswa dapat berperan sebagai elemen pengawal segala jenis kebijakan yang dibuat pemerintah yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan juga berperan sebagai pendorong pemerintah agar terwujudnya good governance.
Dan diantara sekian banyak mahasiswa pikirkan adalah salah satunya soal IPK bukan? Ya mahasiswa dan IPK memang tak dapat dipisahkan. Lantas untuk apa kita kuliah mahal-mahal kalau Cuma mencari nilai? Dan jika kamu kuliah hanya untuk mencari nilai, lantas untuk apa kamu mengorbankan begitu banyak uang orang tuamu?. Ibaratkan kamu sama saja menukar uang dengan selembar kertas yang berisi angka saja. IPK hanya sebatas huruf dan angka tidak bisa mengukur tingkat kecerdasan seseorang, melainkan IPK hanya representasi dari hasil pembelajaran saja bukan soal kecerdasan.
Dan jika kamu seperti itu, tidak menutup kemungkinan di setiap hari-harimu yang ada di pikiranmu hanya nilai, nilai dan nilai. Nilai yang sesungguhnya bukan hanya angka yang kamu dapatkan akan tetapi, bukan berarti nilai itu tidaklah penting. Maksudnya, jangan hanya terfokus pada nilai saja. Melainkan ilmu yang kamu dapatkan selama perkuliahan jauh lebih berguna ketimbang selembar historis nilai.
Jika kamu terjun di dunia kerja, bisakah lembar historismu, nilai kamu menyelesaikan semua pekerjaan kamu? Tidak, dia hanya kertas. Yang kamu gunakan di dunia kerjamu adalah otakmu, kepribadian kamu, kemampuan kamu sendiri. Teman kerjamu sudah tidak peduli lagi, seberapa tinggi nilaimu IPK kamu. Yang dilihat mereka adalah kemampuan kamu. Sebagai bukti bahwa kalau kamu memang lulus dengan IPK yang tinggi, tunjjukan kepada mereka bahwa kamu memang benar-benar pintar. Dengan bersosialisasilah yang baik dengan temanmu dan juga mental yang bagus. IPK yang tinggi sebernnya tidak ada gunanya jika pengetahuanmu nol, jika kamu tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarmu, jika kamu mempunyai mental lemah! IPK tinggi hanyalah tinggal kenangan historis saja jika kamu tidak punya bekal atau setidaknya mampu bersaing dengan dunia kerja nanti.
Lalu apakah ada yang jauh lebik berharga dari IPK? Ya, pengalaman
Nilai yang sama sebenarnya bisa kamu dapatkan dimanapun, dia hanya sebatas huruf dan angka, tidak menutup kemungkinan haruf dan angka tersebut bisa di kendalikan oleh manusia. Namun pengalaman? Saya masih percaya bahwa pengalaman yang sama tidak akan kamu temukan di waktu dan tempat yang berbeda. Jadi, selama berkuliah jangan hanya terfokusdi nilai IPK saja. Nikmatilah setiap momen-monen yang penuh cerita, suka dan duka. Momen dimana tahun pertama menjadi mahasiswa, susahnya menjadi anak kost, momen dimana pusingnya mengerjakan tugas yang diberikan dosen, hingga menjalin persahabatan yang penuh derita dan bahgia bersama mereka. Semua itu adalah pengalaman yang sangatlah berharga sangatlah berkesan dan sangat berguna bagi kamu di masa depan nanti.
Saran-saran
Dengan cadangan yang potensial, mahasiswa atau golongan yang menekuni ilmu tertentu. Diharapkan ilmu tersebut wajib kita amalkan dalam masyarakat luas, Yang semata-mata untuk memajukan bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi semoga kita sadar akan hakikat mahasiswa, dan menjadi titik terang untuk kemajuan dan kebangkitan Indonesia nantinya. Dan dikalau nanti pada akhirnya apa yang kamu harapkan tidak sesui dengan kenyataan. Jaganlah kecewa, karena tuhan telah menghadiakanmu kehidupan yang unik selama kamu menjadi mahasiswa. Memberikan kamu pengalaman yang sangat luar biasa dan pengalaman tersebut akan menjadi pelajaran bagi kamu , memeperkaya jiwamu dan mendewasakan kamu.

Baca Juga:  Perlunya Penerapan ATCS di Seluruh Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *