Pontianak I Detikkasus.com – Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M.Hum., bersama Sekda Prov Kalbar dr. Harisson, M.Kes., melanjutkan Safari Tarawih berjamaah pada bulan Ramadhan 1444 H kali ini di Masjid An-Naim yang terletak di Komplek Kantor Gubernur Kalimantan Barat pada Jumat malam (24/3/2023).
Masjid yang diresmikan kembali oleh Gubernur Sutarmidji pada tanggal 27 Januari 2023 setelah dilakukan pelebaran dan pemugaran ini tampak megah dan indah. Beragam ornamen islami menghiasi dinding masjid tersebut, termasuk sifat – sifat mulia Allah subhanahu wata’ala yang kita dikenal dengan asmaul husna.
Pada kesempatan ini, Gubernur Sutarmidji berkesempatan menyampaikan kultum sesaat sebelum shalat tarawih dilaksanakan.
“Beberapa hal yang ingin saya sampaikan agar umat islam maju dalam segala hal. Orang cerita masalah korupsi, indeks persepsi korupsi yang terbaik Finlandia, Norwegia dan Swedia. Terkait pendidikan lagi – lagi Finlandia. Kenapa lebih banyak bukan negara – negara islam. Harus kita renungkan bersama”, ujarnya.
Ia menilai hal ini karena ada nilai – nilai positif yang mulai luntur yang seharusnya tertanam pada diri seorang muslim sejati.
“Kita kaji semua ada di dalam alquran. Contohnya, ketika mengukur indeks mempengaruhi kesuksesan seseorang.
Pertama Kejujuran, konsep dalam islam kita kenal dengan Al Amin. Inilah gelar yang didapat oleh Rasulullah karena kejujurannya. Ini yang utama. Bukan orang yang di perguruan tinggi paling hebat ataupun meraih IPK tertinggi. Indeks persepsi mereka bagus, pendidikan juga bagus. Namun apabila tak memiliki kejujuran, sama saja bohong”, ungkap Sutarmidji
Ia melanjutkan untuk yang kedua adalah Disiplin. Dimana konsep kedisiplinan ini sudah diterapkan oleh agama islam, dimana seorang muslim diwajibkan sholat tepat waktu, juga tidak menunda – nunda pekerjaan.
“Yang ketiga adalah dukungan orang terdekat. Dimana untuk memperoleh keberkahan adalah dengan memuliakan orang terdekat kita, misalnya memperlakukan kedua orang tua kita dengan baik. Kemudian di dalam islam juga sedekah diutamakan dengan orang terdekat dulu”, tuturnya.
Lanjutnya pria kelahiran Pontianak ini menilai untuk indikator yang keempat barulah skill (kemampuan).
“Kemampuan ini pun ada dalam islam. Walaupun di negeri cina, kita boleh menimba ilmu. Walaupun pemeluk agama islamnya, tak sebesar di indonesia”, terangnya.
Dirinya mengingatkan kembali bahwa semua ini harus tertanam pada diri – diri seorang muslim sejati.
“Kita harus sampaikan ini kepada anak – anak muda kita. Saya khawatir apabila SDM rendah. SDA akan habis, namun SDM lah yang akan menjawab kebutuhan kedepannya. Misalnya SDA habis, masih ada energi terbarukan. Kalau tidak kita akan jadi penonton. Jangan sampai anak cucu kita tak siap. karena tantangan kedepan akan jauh lebih berat”, pesannya.
Namun, terkait hal tersebut dirinya tetap optimis semua itu bisa diwujudkan apabila setiap orang mampu menyelaraskan antara hati dan perbuatannya.
“Hal ini (menyelaraskan hati dan perbuatan) memang tak mudah, sehingga memang berat tugas kita menanamkan 4 hal tersebut. Jangan sampai terjadi di generasi muda kita kedepan, jangan lengah. Ini bahaya bagi umat islam. Jangan sampai umat islam jadi penonton. Kita tetap menjaga harmonisasi. Bukan untuk pertentangan (perpecahan) tapi agar kita mampu bersikap adil, saling menghargai dan menghormati”, tambahnya.
Kemudian kepada para da’i saya juga mengajak untuk menyampaikan kajian yang tak menimbulkan perpecahan, melainkan mengedepankan ukhuwah islamiyah.
“Ini yang harus disampaikan, agar orang tertarik dengan islam. Penting mengkaji hal – hal yang kita anggap remeh yang kita jalani di kehidupan sehari- hari, contohnya hukum waris atau misalnya hukum pernikahan. Kalau sampai salah, ini bahaya, hal kecil yang kita tak sadar. Bisa mendzolimi orang lain. Jadi saya mengajak kepada para da’i untuk berdakwah bukan untuk mencari popularitas, tapi mengedepankan ukhuwah serta konteks (isi dakwah) yang memang bermanfaat bagi kehidupan umat”, tutupnya.
(Hadysa Prana )
Sumber : Biro Adpim Setda Prov Kalbar