Provinsi Jawa Barat – Kabupaten Sukabumi detikkasus.com – Gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (16/9/2017) malam.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi, pada pukul 21:33:44 WIB dengan kekuatan M=3,2 skala richter koordinat episenter 7,39 LS dan 106,44 BT, atau tepatnya di laut pada jarak 74 Km Barat Daya, Kota Sukabumi, pada kedalaman 10 Km.
“Iya, tadi ada info gempa, seputar Palabuhanratu, Simpenan, serta Ciracap. Terasa ada getaran, jelasnya dari kaca rumah yang bergetar untuk Palabuhanratu kecil terasanya. Yang paling terasa sekitar Wilayah Ciracap,” ujar Ketua Umum SAR Daerah (Sarda) Kabupaten Sukabumi, Okih Fajri, kepada detikkasus.com, Sabtu malam.
Menurutnya, berdasarkan hasil analisis pada peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG dan laporan dari masyarakat, gempa bumi dirasakan di daerah Loji, Pelabuhanratu I SIG-BMKG (II MMI).
Namun demikian, hingga kini belum ada laporan adanya kerusakan. Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa bumi ini merupakan gempa bumi kedalaman dangkal akibat aktivitas sesar lokal di daratan Jawa Barat.
“Gempa bumi tersebut tidak berpotensi terjadinya tsunami, karena masih di bawah lima skala richter. Kalau dibatas segitu, biasanya dinding rumah retak-retak,” tambah Okih.
Hasil monitoring BMKG hingga saat ini menunjukkan belum terjadi gempa bumi susulan. Untuk itu kepada masyarakat di daerah Palabuhanratu, dan sekitarnya, diimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti arahan SAR, BPBD, dan informasi BMKG.
Ia kembali mengimbau masyarakat, agar tidak panik dengan adanya gempa tersebut, tapi harus tetap waspada.
“Kami sudah berkoordinasi dengan relawan dan petugas di setiap kecamatan untuk melakukan pendataan, dikhawatirkan pascagempa itu ada rumah atau fasilitas umum lainnya yang rusak,” tuturnya.
Sementara Evi Apriyani (27 tahun), masyarakat Kampung Rancarenghas, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, mengaku getaran gempa bumi tersebut dirasakan meskipun getarannya terasa kecil, namun sempat membuatnya panik.
“Saat kejadian ada lini (Gempa), saya sedang naik motor bersama teman, tiba-tiba motor yang saya tumpangi sedikit terasa oleng, baru sadar ada lini (Gempa), langsung berhenti. Soalnya takut,” aku Evi, dalam kesempatan terpisah.
(Suhendra).