Oleh : Drs. Kartiwi.
Mojokerto | Detikkasus.com – Judul kalimat di atas disingkat EMPU Tahun 2013 saya terinspirasi mendirikan lembaga EMPU. Stempel sudah dipesan dan sudah jadi.
Hanya pikiran saat itu kurang fokus. Yang terjadi gagasan tersebut mandeg.
Jadi intinya. Ketika bicara ekonomi. Asumsi kita tertuju pada aktivitas pasar. Juga transaksi jual beli di toko konvensional. Pun keramaian di swalayan atau Mall.
Ekonomi Mojopahit dapat digambarkan suasana rakyat jelata yang diselimuti aura bahagia di kala menjalankan usaha perdagangan dengan cara tradisional. Yakni lewat barter. Pertukaran barang dengan barang bernilai sepadan.
Dalam perkembangan jaman disempurnakan lewat alat tukar. Namanya uang.
Uang di sini berawal dalam bentuk intrinsik. Nilai tukarnya disesuaikan menurut ongkos yang dikandung pada pembuatan uang tersebut. Biasanya berupa kepingan emas. Kadang perak. Juga perunggu.
Sisi lain ada jenis uang dalam bentuk nominal. Yakni nilai yang tertera berupa angka tertulis pada uang tersebut. Sebagaimana mata uang kita saat ini.
Era Mojopahit dipakai model uang intrinsik. Hal ini punya keunggulan dari aspek sportif / kejujuran. Alias tidak bisa ditipu. Tidak mudah dibohongi. Sulit direkayasa.
Uang intrinsik ala Mojopahit murni mencerminkan tolok ukur varian & volume kebutuhan umat saat itu. Individu berhati serakah tertolak oleh sistem. Cukup membeli sesuatu sesuai kadar kebutuhan. Prinsip rakyat tidak sampai kelaparan.
Fenomena paceklik, terjadi karena faktor alam. Bukan *Human Error*. Berbeda dengan krisis era kekinian. Yang cenderung ada intervensi politik ekonomi. Entah berupa kebijakan pemerintah yang keliru. Atau terjadinya monopoli akibat kenakalan pelaku usaha. Misal: menimbun barang, menaikkan harga hanya untuk menumpuk laba / keuntungan sesaat, dan lain – lain.
Meski dulu tak ada BULOG / DOLOG harga selalu stabil. Pangejawantahan slogan *Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja* terwujud nyata.
Sila ke 5 *Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia* dirasakan khalayak umat. Betapa tidak, sistem ekonomi Mojopahit laksana gambaran permainan DAKON. Bahwa biji bijian yang kita ambil dari lumbung. Kita bagi rata berputar satu per satu menurut ritme irama waktu. Kantong milik *lawan main* pun tetap diberi dan dimasuki sampai jumlah biji-bijian dalam genggaman tangan tersebut habis tiada sisa.
Demikian sekelumit gambaran Ekonomi Mojopahit era dulu. Benar – benar menerapkan prinsip ekonomi secara terbuka dan jujur.
Bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
*SEMOGA*
* *) Penulis adalah Direktur PT. Media Majapahit Pos, tinggal di Pekukuhan Mojosari Mojokerto.*