Posted By Beni Yussandra On Monday, October 23, 2017
Pekanbaru, (detikkasus.com) Berbagai tanggapan di media sosial (facebook) muncul menyusul adanya “ancaman” dari RAPP yang akan mem-PHK karyawan hingga ribuan orang. Apalagi saat ini, perusahaan terkesan doyan ancam mengancam pada buruh.
Seniman muda Riau, Hang Kafrawi, dalam statusnya dengan tokoh fiktif Atah Roy, bertanya, “Betulkah kalau RAPP tidak beroperasi lagi di tanah Melayu ini, orang Melayu akan mati ?.”
Kemudian, oleh Hang Kafrawi kalimat itu disambung lagi, “Ah, macam Tuhan saja RAPP itu memberi kehidupan bagi orang Melayu, sehingga harus dibela mati-matian keberadaannye di tanah Melayu ini. Di Pulau Padang, keberadaan RAPP inilah yang memecah belah orang kampung. Aaaaiiiihhhh…,” Atah Roy pening tujuh keliling.
Dua jam status ini ditulis seniman teater pada Sabtu (21/10/2017), sudah mendapat hampir seratusan netizen yang merespon. Namun ada juga yang membalas komen Hang Kafrawi itu dengan serius dan lucu. “Modus nak pertahankan aje,” kata pemilik akun Tengkun Ace.
Pemilik akun Gunawan Che Gue, menjawab postingan itu dengan mengatakan, harus tutup…tanah ulayat punah ranah. “Banyak orang Melayu yang hilang can tepi,” kata Riza Pahlefi Thohir pula membalasnya.
Pemilik akun Junaidi Ilham, juga berkomentar menyampaikan keluh-kesahnya. “Kita harus sadar, selama ini mereka hanya mngambil hasilnya aja.
Ibarat datang mandi dan buang air saja. Satu pun tidak ada masyarakat Pulau Padang yang diangkat jadi karyawan. Yang dibujuk rayu, hanya sebagai pekerja kasar dan hanya sebagai boneka untuk menantang masyarakat sendiri. Tapi sdah aman, malah pekerja tersebut dibuang secara tidak langsung,” tulis Junaidi.
Suara di facebook itu semakin seru saja, menyusul postingan akun bernama Sisianto Dipa Negara. Katanya, RAPP memainkan buruhnya mendemo pemerintah agar RAPP terus dapat mengelola gambut.
“Gass terus Menteri Kehutanan. Cabut izin korporat yang menyalahi aturan.
Di kampungku, kata Sisianto Dipa Negara, cuma 1 orang anak desa yang kerja di RAPP. Hahahaha…RAPP pandai memainkan isu dan membuat berita. RAPP hadir bukan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Hanya polusi dan konflik yang dibuat. Coba bayangkan jika 12.000 hektar ditanami akasia oleh RAPP, dibandingkan dengan 12.000 hektar ditanami karet/sawit/aren lalu dibagi per KK. Kira2 mana yg memberikan keuntungan buat masyarakat?,” tanya Sisianto Dipa Negara menutup postingannya. (Arifin ahmad/rls).