Detikkasus.com | Sidoarjo-, Nasib beruntung dinikmati Fajar Ulumaturroziqin (18), putra dari pasangan Tarmujianto-Sriatin, warga Jalan Nangka RT 12 RW 02, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Fajar ditinggal mati kedua orang tuanya sejak masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD).
Menurut keterangan Fendik Balisetiawan (28), kakak ipar dari Fajar, begitu Fajar Ulumaturroziqin, akrab disapa, Fajar adalah anak yatim.
“Dia ditinggal mati bapaknya sejak masuk kelas 2 SD. Dan ditinggal mati ibunya sejak kelas 6 SD,”
Fajar lulus menjadi siswa Bintara Polri, tanpa biaya sepeserpun. Ia mendaftar anggota polisi, ingin membuktikan bahwa daftar anggota polisi itu tidak harus membayar.
“Karena banyak omongan di masyarakat dan para tentangga, jika daftar polisi harus bayar dan harus ada orang dalam di kepolisian,” kata Fendik.
Jika tidak pakai uang dan tidak punya orang dalam di internal kepolisian, tidak akan lolos daftar jadi polisi. “Fajar ingin membuktikan itu. Alhamdulillah, ucapannya terbukti dan bisa lolos tanpa harus membayar,” katanya.
Sejak ditinggal kedua orang tuanya, Fajar diasuh oleh kakak kandung dan para paman-pamannya. Utamanya, Deny Krisbianto dan Siti Kholifahtul Abidah yang lebih banyak membiayai dan tinggal serumah.
“Yang membiayai hidupnya, Deny Krisbianto dan Siti Kholifahtul Abidah. Sejak orang tuanya meninggal hingga lulus lulus SMK dan mendaftar jadi polisi sekarang. Dibantu juga oleh para paman-pamannya,” aku Fendik.
Daftar menjadi anggota polisi di Polres Malang adalah inisiatif Fajar sendiri. Pria lulusan tahun 2018, di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen, Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan itu, sejak masih di bangku sekolah (SMK), aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Kepribadiannya, aku Fendik, sejak kecil memang tekun ibadah. Rutin adzan di Musala tempat Fajar mengaji. Ia banyak belajar ngaji di TMQ, yang tak jauh dari rumahnya. “Aktif ikut Hadrah Al Banjari, dan ikut Karang Taruna di kampung,” katanya.
Selama di SMK, Fajar tergolong siswa yang rajin, pintar dan cerdas. “Alhamdulillah, saya legah dan bahagia dia lolos jadi anggota polisi. Sekarang saya betul-betul tahu, jika polisi sudah transparan dan tak berbiaya sama sekali untuk jadi anggota polisi,” terang Fendik, yang ikut mendampingi Fajar sejak awal mendaftar jadi polisi hingga pengumuman, 3 Agustus 2018, di Pusdik Gasum Porong, Sidoarjo.
Fajar mendaftar anggota polisi di Mapolres Malang dan tes di Mapolda Jatim. “Harapan dari keluarga, setelah jadi polisi, bisa membanggakan keluarga dan menjadi abdi negara yang baik dan jujur,” harap Fendik.
Fendik menambahkan, Fajar mulai tertarik jadi anggota polisi, setelah ada pelatihan khusus yang digelar Polres Malang, di SMK MUhammadiyah 1 Kepanjen, tempat Fajar sekolah.
“Sejak itu, tertarik ingin daftar polisi dan ingin membuktikan jika daftar jadi anggota polisi itu tidak harus dengan uang, karena sudah dibayar oleh nagara,” katanya.
Sejak kecil, Fajar memang dikenal tekun beribadah. Rajin shalat dan mengaji di Musala. “Saat proses menunggu pengumuman kelulusan anggota polisi, Fajar dipercaya menjadi wakil Da’i di Polres Malang. Dia memang pintar ceramah,” katanya.
Kini, pihak keluarga berharap, Fajar menjadi sosok polisi yang baik dan betul-betul mengabdi untuk bangsa dan negara serta masyarakat. “Betul-betul menjadi polisi penganyom, pelindung dan pelayan masyarakat,” harap Fendik, mewakili pihak keluarga. (Koiri).