Bojonegoro, Detikkasus.com – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, melalui Kepala Dinas Perdagangan, Basuki pada Jumat (11/08/2017) sore kemarin menegaskan bahwa dari hasil pengecekan yang dilakukan petugas hari ini, di sejumlah pedagang di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Bojongoro, tidak ditemukan adanya garam yang bercampur kaca.
“Dari sample yang kami ambil di sejumlah pasar dan dari beberapa merek, setelah kami uji tidak ditemukan adanya campuran kaca,” terang Basuki.
Namun demikian, pihaknya akan terus memantau peredaran garam di sejumlah pasar termasuk juga di toko-toko, guna mengantisipasi kemungkinan adanya garam yang bercampur kaca.
Basuki juga menerangkan, bahwa setelah adanya laporan temuan garam diduga bercampur kaca, pada Kamis (10/08/2017) kemarin, Unit Pelaksana Tugas (UPT) Perlindungan Konsumen Bojonegoro juga langsung melakukan pengecekan ke pedagang di beberapa pasar tradisional yang menjual garam. “Hasil pengecekan UPT Perlindungan Konsumen juga tidak ditemukan adanya garam yang bercampur kaca,” imbuh Basuki
Selanjutnya Basuki juga mengimbau kepada masyarakat Bojonegoro agar tidak perlu khawatir, terhadap isu beredarnya garam yang diduga kaca,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan keterangan para pedagang di pasar kota Bojonegoro pada Jumat (11/08/2017) siang kemarin sejumlah pedagang mengaku bahwa di pasar Bojonegoro tidak ada garam yang bercampur kaca.
Dartini (56), warga Desa Mulyoagung Kecamatan Bojonegoro Kota, salah seorang pedagang yang sudah 18 tahun berjualan ikan asin dan garam di pasar Bojonegoro Kota, justru mengeluhkan pasokan garam yang akhir-akhir ini sering telat. Sebelumnya, tumpukan garam di kiosnya yang biasanya tinggi dan banyak jenis nya, namun kini yang tersedia hanya beberapa kotak garam saja.
“Sudah sejak sebulan pasokan dari produsen sering telat, yang banyak garam grasak,” tutur Dartini.
Sementara untuk garam yang di campur dengan pecahan kaca, Dartini baru mengetahui dari televisi, namun untuk di pasar Bojonegoro kemungkinan belum di temukan. ” Untuk pasar Bojonegoro mungkin tidak ada garam yang dicampur dengan pecahan kaca.” ungkapnya.
Dartini juga menjelaskan, biasanya setiap seminggu dirinya mendapatkan pasokan ratusan bal garam yang per balnya berisi ratusan bungkus garam berbentuk kemasan. Namun saat ini ia hanya memiliki persediaan puluhan bungkus saja.
“Tak hanya garam bermerek, garam grosok atau yang non yodium pun sama sulitnya. Selain itu harganya juga mengalami kenaikan.“ jelasnya.
Dirinya berharap kenaikan dan kelangkaan garam ini dapat segera di atasi, sehingga stok garam kembali normal seperti biasanya. “Kalau pasokan lancar, konsumen bisa memilih jenis garam lagi.”pungkasnya. ( her)