Detik Kasus | Petuah-Petuah Panuntun Agung Kerohanian Sapta Darma Bapa Sri Gutama.

Detikkasus.com | Denpasar – Pada upacara peringatan 10 tahun Kerohanian Sapta Darma yang dihadiri oleh segenap Tuntunan Kerohanian Sapta Darma seluruh Indonesia di Kediri (27-28/12/1962) dua malam berturut turut.

Bapa Panuntun Agung Sri Gutama menyampaikan pesan kepada Tuntunan Kerohanian Sapta Darma Propinsi Jawa Timur sbb:

Saudara-saudara Yth,
“Tugas Tuntunan adalah berat, berat sekali, mampu tidaknya melaksanakan tugasnya tergantung pada kemauan, keinsyafan, dan keikhkasannya.

Menjadi Tuntunan berarti mengabdi, yaitu mengabdi kepada warga ia beetugas meninjau ke tempat -tempat warga di pelosok -pelosok, menuntun/mengajar serta membimbing mereka untuk berdarma dalam hidupnya demi tsrcapainya cita-cita luhur(Satria Utama).

“Jadi apabila terdapat kesalahan-kesalahan para WARGA di dalam menjalankan atau melaksanakan ajaran Kerohanian Sapta Darma.Sebenarnya sumber Kesalahan itu terletak pada pundak saudara-saudara Tuntunan sekalian. “tegas Bapa Panuntun Agung Sri Gutama.

Baca Juga:  MUO POLSEK Jenangan Bersama MI MUHAMMADIYAH 10 Yanggong

Mengapa demikian?
Sebab para Tuntunan Kerohanian Sapta Darma yang hanya simbolis saja, dalam arti belum menjalankan atau melaksanakan Tugasnya.

Bahkan Tuntunan tak mau bersatu/ menyatukan diri, tidak membimbing WARGAnya, melainkan seperti MAJIKAN, minta didewa-dewakan, tidak memberi contoh berdarma kepada Warganya dan sebagainya.

Padahal sebenarnya saudara-saudara dapat berdarma sesuai dengan kemampuan daripada: Nafsu, Budi, Pakarti.

Alasan tidak ada waktu, hal ini tidak dapat diterima, sebab dalam hidup Kita harus membagi waktu dari 24 jam itu. Misalnya: 8 jam untuk cari makan(bekerja),7 jam untuk tidur, 2 jam untuk istirahat, 2 jam untuk ngelencer, 5 jam untuk mengolah rohani.

Baca Juga:  Saat Jam Sekolah Dan Saat Arus Kendaraan Padat Dilaksanakan Pengaturan Pagi

” Saya kira 5 jam untuk mengolah rohani sudah cukup sambil berdarma demi tercapainya BUDI LUHUR.

Kaya Darma adalah ciri khas daripada manusia yang ber BUDI LUHUR.

Lihatlah pada Simbol Pribadi Manusia, ada tulisan NAFSU, BUDI, PAKARTI, berarti gerak cepat ke arah perbuatan yang baik sedangkan kata DARMA adalah berarti menolong tanpa pamrih.

Dari petuah Bapa Panuntun Agung Sri Gutama dapat di simpulkan mengapa ada kejadian Pangusadan Palsu Sapta Darma di Sanggar Candi Busana Tegeh Kuri Denpasar yang dilakukan oleh Mantan Pengurus Organisasi Sapta Darma, menduduki Simbul Pribadi Manusia, dan memposting pengobatan pasien di dudukan di kain Simbul Pribadi Manusia pada tanggal (04/11/2017) di Iklan OLX Denpasar?.

Baca Juga:  Bupati Bojonegoro Kukuhkan Pengurus Dewan Pendidikan di Malowopati

Mengapa tidak ada tim infestigasi dari Pusat Kerohanian Sapta Darma? Mengapa Ketua Umum Persada Pusat Naen Soeryono. SH. MH, hanya diam padahal sudah ada laporan dari Tuntutan Kerohanian Sapta Darma Pare Kediri setahun yang lalu?.

Ada pelanggaran dalam AD/ART PERSADA, seorang Ketua Persada Kabupaten Lumajang Nursamsono menjadi Pengurus Tuntunan di Organisasi Sapta Darma.

Mengapa hanya sibuk menyalahkan pihak luar sebagai provokator, bukan membenahi Organisasi Persatuan Warga Sapta Darma. (GUN-DK1).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *