Cerita Rakyat Tentag Bukit Joko Mujung Dan Gunung Jengger.

Detikkasus.com | Pada Zaman dahulu kala, ada sebuah kisah tentang seorang pemuda yang jatuh cinta dengan seorang peri cantik putri dari raja kerajaan jin yang singgasananya di puncak.

Keduanya saling mencintai dan memutuskan untuk melangsungkan pernikahan, Dan akhirnya pemuda tersebut pulang dan meminta ijin restu kedua orangtuanya, betapa terkejut orang tua pemuda tersebut ketika tahu bahwa calon istri anaknya bukan manusia melainkan bangsa jin dan mereka akhirnya tidak merestui, Red #Detikkasus.com

Lantaran teramat cintanya sang pemuda kepada sang peri, diketahui tidak di restui orang tuanya, membuat hatinya hancur luluh, patah semangat, Namun dengan pemikirannya yang keras ia tetap semangat dan bekerja keras dan di kumpulkannya uang hasil bekerja untuk membeli semua keperluan seserahan untuk proses pernikahannya dan membujuk orang tuanya agar memberikan restu.

Setelah semua kebutuhan pernikahannya terlengkapi, pemuda itu kembali kerumah dan membujuk orang tuanya untuk mendapatkan restu dan mengantar ke pernikahannya di kerajaan jin.

Baca Juga:  Dugaan Kecurangan P3K Tanjab Barat Mencuat, Sekda Dikonfirmasi Bungkam

Betapa murkanya orang tua pemuda tersebut ketika mendengar hal itu, akhirnya sang pemuda di usir oleh orang tuanya dan di larang kembali ke Rumahnya.

Nqmun apa yang terjadi, Faknya terasa hancur hati dan perasaan pemuda itu, dengan langkah yang berat dia pergi meninggalkan rumah menuju gunung tempat peri cantik itu berada,membawa seserahan yang ia siapkan sendiri untuk acara pernikahannnya.

Terlalu sedih hatinya terlalu berat beban perasaannya karena tidak mendapat restu orang tua,di setiap perjalanannya ia membuang satu persatu barang bawaannya., Dan sekarang menjadi nama2 bukit di lereng anjasmoro seperti buduk cowek dan lain-lain.

Setelah sampai di sebuah puncak bukit.pemuda itu duduk semujung (menyelonjorkan kaki) dan ada beberapa masyarakat melihat pemuda itu berdiam diri di situ cukup lama.

Akhirnya masyarakat sekitar menyebut tempat itu sebagai #bukit #Jokowi2Periode semujung atau #bukitmujung.

Setelah beberapa lama ia dalam ratapannya terdengar suara lirih dan lembut dari atas gunung memanggil namanya, ia tahu suara itu adalah sang peri yang memanggilnya sambil mengusap air matanya ia berdiri dan berjalan ke atas gunung tersebut.

Baca Juga:  Warga Desa Kuala Terusan Keluhkan Perilaku Pj Kades

Setelah sampai di atas gunung pemuda tersebut menjumpai sang peri yang telahberdiri d sebelah batu yang bentuknya seperti jengger ayam,dan masyarakat menamainya watu jengger, dia telah menunggu pemuda itu dengan senyuman yang ramah, membuat sang pemuda sekilas melupakan permasalahannya.

Selang beberapa saat peri tersebut mengajak pemuda itu pergi ke tempatnya yakni di kerajaan jin boklorobubuh, dengan sisa-sia kesedihannya ia bersedia ikut dengan sang peri.

Dan sebelum pemuda itu muspro (hilang beserta jasadnya) ia melontarkan sebuah ucapan…”jika mana ada orang yang datang ke tempat ini #Watu #Jengger maka orang trsebut akan merasakan apa yang aku rasa. “setelah itu pemuda itu hilang bersama sang peri dan tidak nampak lagi di dunia ini.

Sejak saat itu masyarakat sekitar menganggap daerah tersebut sebagai tempat terlarang untuk di datangi karena kutukan joko semujung, apabila melanggar, orang trsebut akan mengalami kesialan, Kemalangan dan kegagalan dlm hidup.

Baca Juga:  Polri buka peluang bagi lulusan sarjana yang ingin mengabdi sebagai polisi

Ini hanya sekedarmitologi masyarakat percaya atau tidak, setidaknya merupakan bagian dari cerita rakyat yang merupakan wujud dari kearifan lokal yang harus di jaga.

Oleh karena itu, dahulu sewaktu ada expedisi sekelompok pemuda yang ingin mengexplorasi dan memetakan wilayah tersebut memperoleh masukan-masukan dan pertimbangan dari pihak masyarakat agar tempat itu tidak di buka untuk umum untuk menjaga dan menghormati kearifan lokal yang menjadi bagian sejarah dari leluhur.

Atas pertimbangan-pertimbangan dari masyarakat akhirnya di putuskan bukit joko mujung yang tengah di jadikan camp mujung dan bukit paling atas yang akhirnya di namai bukit jengger ( #bukitmenujujengger) agar masyarakat luas tidak menjamah gunung jengger yang asli sebagai wujud dari menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang ada agar sejarah leluhur tetap di lestarikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *