Detikkasus.com – Pada Postingan ini akan dijelaskan tentang :
– Definisi Bulan Suro,
– Pandangan bulan suro menurut Islam, dan
– Pandangan bulan suro menurut masyarakat jawa.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh, Bismillah,
1. Definisi bulan Suro
kata “SURO” merupakan sebutan dari bulan Muharram bagi masyarakat Jawa. kata tersebut sebenarnya berasal dari kata “ASYURA” yang berarti 10 dalam bahasa arab. kata suro juga menunjukkan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan islam-jawa. dimana dari 29 atau 30 hari bulan muharram. yang dianggap “Keramat” adalah 10 hari pertama, atau lebih tepatnya 1 – 8 . tetapi pada tepatnya kekeramatan tersebut di sebabkan oleh budaya “kekeratonan” bukan kekeramatan bulan itu sendiri.
Bagi keraton ada dua hari besar yang berhubungan dengan agama Islam yang diperingati besar – besaran :
1. “Gerebeg Maulud” memperingati kelahiran nabi besar Muhammad SAW. ( Rabi’ul awal )
2. Bulan Suro
tetapi, perayaan yang pertama lebih besar dari kedua (bulan suro).
2. Pandangan Bulan Suro menurut Islam
Dalam agama ini, bulan Muharram atau bulan Suro, merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah [9] : 36)
Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
« …السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ »
“… satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3025)
Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah
(1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; (4) Rojab.
Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram ?
Berikut penjelasan ulama mengenai hal ini.
Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula sangat diagungkan jika dilakukan pada bulan haram ini.” (Lihat Zadul Maysir, Ibnul Jauziy, tafsir surat At Taubah ayat 36)
Islam Menyebut Bulan Muharram sebagai Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْل
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 2812)
Sangat mulianya bulan Muharram ini. Bulan ini betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 1/475)
3. Pandangan Bulan suro menurut masyarakat jawa
Bulan Suro sebagai awal tahun Jawa, bagi masyarakat juga disebut bulan yang sangat sakral karena dianggap bulan yang suci atau bulan untuk melakukan peruntungan, bertafakur, berintrospeksi, serta mendekatkan diri kepada sang khalik. dan masyarakat jawa juga menggap pada bulan ini adalah “bulan gusti allah SWT”. karena bulan tersebut bulan yang yang dinaggap suci oleh masyarakat jawa. sehingga kegiatan seperti pernikahanm hajatan dan sebagainya tidak berani melakukannya, bukan lantaran tidak boleh, tetapi karena masyarakat jawa-islam beranggapan (bulan suro atau muharram) adalah bulan yang muliah dan agung. adapun hal yang menarik perhatian seperti :
Cara yang dilakukan biasanya oleh masyarakat Jawa seperti :
dengan kegiatn “lelaku” yaitu mengendalikan hawa nafsu dengan hati yang ikhlas untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. itulah esensi dari kegiatan budaya yang dilakukan masyarakat Jawa pada bulan Suro.
Adapun kegiatan – kegiatan yang berhubungan seperti :
1) Jamas Pusoko 2) Ruwatan 3) Sesajen Agung serta 4) Laku tapabrataakan tetapi, kegiatan tersebut lebih disebabkan oleh faktor kebudayaan Keraton. kegiatan – kegiatan tersebut berasalan sebagai mengucap rasa syukur terhadap Sang Maha Pencipta.
KESIMPULAN
Pesan :
Kita jangan terpengaruh atas berita – berita yang beredar, akan tetapi kita selidiki dulu kebenarannya sehingga tidak menimbulkan kekeliruan yang mendalam, yang membuat sugesti yang tidak – tidak terhadap bulan suro atau muharram,
ada suatu perkataan : “Nak, hati – hati di bulan ini, jangan sering kebut – kebutan, nanti bisa celaka. ini bulan suro lho (keramat)” .
Nah pemahaman seperti ini harus diubah dengan yang sebenarnya, karena bulan suro atau muharram adalah bulan yang dianggap suci, tidak pantas apabila anggapan tersebut telah memfitnah bulan itu sendiri.
Nah kita sebagai makhluk ciptaan-Nya sebaiknya selalu berpegang teguh pada keyakinan (iman) terhadap suatu hal yang sering beredar di kehidupan masyarakat. dan dalam konteks (bulan suro), kita sebaiknya selalu berpengang teguh atas keyakinan kita ajaran Islam yang pada akhirnya menuju jalan lurusnya juga selalu mengucap seperti rasa syukur kita kepada Sang Maha Pencipta langit dan bumi serta seisinya. agar permasalahan yang begitu tabu / mitos tersebut dapat dimengerti dengan sebenarnya, SEMOGA BERMANFAAT. (Priya).