Detikkasus.com | Berawal dari penasaran tentang Lebah Kelulut (Trigona sp), salah satu warga desa Tangai Jaya Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu mencoba membudidayakan lebah tersebut dipekarangan rumahnya. Karena lebah tersebut mempunyai banyak manfaat dan terbilang mudah dalam penangkarannya.
Budidaya lebah Kelulut tersebut terbilang tradisional karena memanfaatkan lingkungan disekitar rumah penduduk yang dimanfaatkan untuk meletakkan puluhan kotak kayu berukuran kecil yang sudah berisi lebah Kelulut yang siap panen.
Penangkaran seukuran kandang burung merpati tersebut merupakan sarang lebah Kelulut. Salah seorang peternak, Iskandar, mengatakan proses budidaya lebah Kelulut tersebut mulai dikembangkan olehnya sejak 1 tahun yang lalu dan saat ini sudah puluhan kilo madu Kelulut yang dihasilkan oleh penangkarannya.
“Saat ini ada kurang lebih 30 kotak sarang lebah Kelulut yang saya pelihara. Saya belajar secara otodidak, sehingga masih terus belajar,” kata Iskandar saat berbincang dengan detikkasus.com, Minggu (18/11/2018).
Proses budidaya hewan berkoloni ini berawal dari rasa penasarannya saat menemukan salah satu sarang lebah Kelulut disalah satu batang pohon tengkawang dikebun miliknya. Kala itu ia terkejut melihat madu yang cukup banyak saat menebang pohon tengkawang tersebut.
“Ternyata madunya itu lumayan banyak, bahkan sarang lebah Kelulut itu hampir terisi madu semua. Dari situlah kemudian saya penasaran dan mencoba mengembangkan. Terlebih harga madunya lumayan menjanjikan,” jelas Uju Is panggilan akrabnya.
Lebah Kelulut diyakini dapat menghasilkan lebih banyak madu ketimbang lebah biasa. Apalagi lebah yang satu ini tidak menyengat. Selain itu budidayanya pun tidak sulit, dan konon hanya dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk bisa memanen madu yang diharapkan.
Kendati demikian, awalnya Iskandar mengaku sempat mengalami kesulitan, terutama ketika harus memisahkan sarang lebah agar bisa dijadikan beberapa koloni. Namun setelah melakukan beberapa kali percobaan, proses ini akhirnya ia kuasai.
Beternak lebah Kelulut disebut Iskandar juga lebih ringan dibanding dengan ternak hewan lain, karena tidak membutuhkan perawatan yang rumit, terlebih hewan bersayap tersebut tidak membutuhkan pakan.
“Kalau kita ternak lebah ini tidak perlu cari pakan atau beli pakan, karena lebahnya yang cari pakan sendiri. Hanya saja kita harus teliti dan selalu mengontrol perkembangannya, terutama dari serangan predator, salah satunya semut,” pesan Uju Is.
Untuk memulai beternak lebah Kelulut, ia pun mengaku hanya menyediakan tempat dipekarangan rumahnya dan agar lokasi dekat kandang tidak terlalu panas ditanami pohon kratom guna mempermudah lebah dalam mencari bahan untuk proses produksi madu.
“Selain itu agar produksi madunya lebih banyak, usahakan di sekitar lokasi kandang itu ditanami bunga, karena itu lumayan berpengaruh,” tambahnya.
Iskandar mengungkapkan, dari hasil peternakan yang dikembangkan satu tahun terakhir, satu kandang lebah kelulut rata-rata mampu menghasilkan madu dari 1 liter hingga 2 liter.
“Misalkan ada yang datang butuh setengah botol untuk mengobati sakit, baru saya ambilkan dari sarang, jadi madunya masih fresh,” katanya.
Dengan beternak lebah Kelulut, Iskandar mendapatkan pemasukan tambahan diluar pekerjaan pokoknya sebagai petani karet dan ladang berpindah. Saat ini lebah madu kelulut yang dipeliharanya ada 4 (empat) jenis yaitu lebah Kelulut Hitam, lebah Kelulut Sayap Putih, lebah Kelulut Beruang dan lebah Kelulut Monyan, nama lebah Kelulut tersebut adalah sebutan bagi warga setempat.
Iskandar berharap, kedepannya ada pembinaan lebih lanjut dari instansi terkait atau pihak swasta, sehingga budidaya madu kkelulut tersebut bisa berkembang. (Mdn)