Provibsi Sumbar – Tanah Datar, detikkasus.com – Motif batik tidak hanya terkenal didaerah Jawa, di Pulau Sumatera terutama Sumatera Barat juga banyak terdapat motif motif lama yang dituangkan kedalam bentuk ukiran, bahkan sudah sejak lama motif motif ini juga terdapat pada ukiran kayu pada rumah gadang diberbagai wilayah di Sumatera Barat.
Hal itu, ternyata menjadi inspirasi bagi salah seorang putra Tanah Datar, Harry Iskandar Wijaya yang menuangkan motif ini ke dalam Motif Batik Minangkabau. Dan ternyata dari hasil kerja keras dan idenya ini akhirnya berbuah manis. Harry raih peringkat satu Nasional pada ajang Minangkabau Fashion Festival Tahun 2017 dengan tema, “Budaya Minang Warisan Untuk Dunia”. Dan untuk motif batik sendiri ia angkat “Eksistensi Motif Minangkabau Tempo Dulu”, kategori Desain Motif Batik Minang. Yang Dilaksanakan Pemprov. Sumbar bekejasama dengan Dekranasda dan Kementerian Pariwisata RI. Jum’at 13 Oktober di Hall JCC Senayan Jakarta.
Kadis Parpora Tanah Datar Edi Susanto jelaskan via WhatsApp kepada media ini. Pada dasarnya motif yang ada di daratan daerah sudah tumbuh dan berkembang semenjak adat budaya Minangkabau ada pada zaman awal kebudayaan (Prasejarah), hal ini dibuktikan dengan adanya motif pada batu menhir di Kabupaten Lima Puluh Kota, dan daerah lainnya di Sumatera Barat.
Motif mengalami perkembangan ke zaman klasik hingga modern saat ini, oleh sebab itu motif tersebut perlu untuk dilestarikan dengan melakukan upaya adaptasi dari zaman ke zaman tanpa merusak tatanan motif lama yang telah ada, ucapnya.
Dan motif ini dibuat sebagai upaya untuk terus meningkatkan eksistensinya agar tak terhapus ataupun berlawanan dengan modernitas zaman saat ini. Secara visual motif ini menggambarkan paduan motif lama yang dimodifikasi dan dipadukan dengan sedikit warna moderen agar memunculkan kesan kekunoan namun kekinian.
Pada bagian tengah motif terdapat Rumah Gadang Kampai nan Panjang yang merupakan Peninggalan Rumah Gadang tertua di Minangkabau yg berumur sekitar 350 tahun dan dibuat tanpa menggunakan paku. Dan inilah yang dituangkan oleh Harry ke dalam motif batik hasil karyanya yang jadi juara satu pada ajang festival bergengsi ini, sebut Edi Susanto.
Sementara itu Harry Iskandar Wijaya yang tinggal di Sawah Luak Jorong Bukit Gombak dan kesehariannya bertugas di BPCB Sumbar Riau, Kepri dan Jambi ini via WA juga menuturkan motif-motif tersebut juga dipadukan dengan motif itiak pulang patang yang dimodifikasi motif siriah gadang, sehingga mempunyai ciri khas tersendiri, ucapnya.
Keikut sertaan hasil karyanya pada iven Minangkabau Fashion Festival yang tergabung pada acara Indonesia Modest Fashion Week ini merupakan hal yang sangat penting baginya, karena karya karya nya dapat berkompetisi ditingkat nasional dan akan lebih dikenal lagi oleh pencinta batik di seluruh Indonesia. Sehingga kita tidak hanya punya songket yang saat ini sudah mendunia, namun kita juga punya batik hasil karya daerah sendiri dengan motif-motif lama yang saat ini mungkin sudah terlupakan, namun kita angkat lagi menjadi sebuah karya seni batik yang unik dan menarik, ulas Harry. (Myy/Irf).