Detikkasus.com | Bali – Indonesia (termasuk Bali) selalu diintai beragam jenis bencana alam mulai dari gempa bumi, longsor, angin topan dan berbagai jenis bencana lainnya, termasuk erupsi Gunung Agung yang terjadi tahun 2017 silam. Erupsi ini tidak hanya menimbulkan korban material, tetapi juga mengakibatkan mandegnya aktivitas sosial dan ekonomi dalam skala yang besar, karena ribuan warga tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-hari secara normal akibat mengungsi dan lahan yang dimiliki tidak bisa dikerjakan karena tersiram abu vulkanik.
Untuk itulah Desa Tangguh Bencana (Destana) menjadi cara strategis dan efektif dalam menghadapi ancaman bencana yang sulit diduga serangannya dan tidak terprediksi kapan akan terjadi.
Saat ini pemerintah, termasuk Pemerintah Provinsi Bali (melalui BPBD Prov Bali) sedang gencar membangun Destana. Selasa 28 Mei 2019 ini, Desa Brangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, menjadi salah satu obyek sekaligus subyek pembentukan Destana yang disasar BPBD Provinsi Bali.
Saat hadir pada acara pembukaan Destana, yang bertempat di aula Kantor Desa Brangbang, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali Drs.I Made Rentin, Msi, menjelaskan bahwa tahun 2019 ini terdapat alokasi anggaran dari APBD Provinsi Bali untuk membentuk beberapa Destana yang tersebar di Kabupaten/Kota se-Bali.
Ditanya lebih jauh apa itu Destana, Rentin secara rinci menjelaskan, “Desa Tangguh Bencana adalah Desa atau Kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana.”
Desa atau Kelurahan itu juga harus mampu memulihkan diri dengan cepat dari berbagai dampak bencana. Selanjutnya sebuah Desa bisa disebut mempunyai ketangguhan terhadap bencana, ketika desa tersebut memiliki kemampuan mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisasikan dirinya dengan segenap sumber daya yang dimiliki, untuk mengurangi kerentanan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi resiko bencana.
Selanjutnya Rentin memaparkan, “menjadi Desa seperti ini tentu saja butuh proses, karenanya Pemerintah dan Pemda mengembangkan Desa yang masyarakatnya mampu selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan bencana.” Warga desa diharapkan mampu mengkaji, menganalisa, menangani, memantau, mengevaluasi dan mengurangi resiko-resiko bencana yang ada di wilayah mereka dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Gede Teja Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bali, dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan pengembangan Destana adalah agar masyarakat desa yang tinggal di kawasan rawan bencana, bisa terlindungi dari dampak merugikan bencana yang menimpa wilayahnya. Maka cara yang ditempuh adalah meningkatkan peran masyarakat untuk mengurangi reskio bencana.
Bukan rahasia lagi, sesungguhnya sebagian bencana adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri, maka Destana digalakkan agar masyarakat bisa menjaga kelestarian alam dan mampu menganalisa tindakan apa yang boleh dan tindakan apa yang bakal menciptakan potensi bencana. “Ini konteksnya kita jaga alam dan alam pun jaga kita,” pungkas Teja.
Acara Pembukaan Pembentukan Destana di Desa Brangbang, dirangkaikan dengan penyerahan santuan kepada 2 (dua) orang korban meninggal dunia yang tersambar petir beberapa waktu lalu, yaitu almarhum Ni Luh Niarti Ahli yang diterima oleh ahli warisnya I Ketut Sada dan almarhum Ni Luh Tarmi yang diterima oleh I Komang Wiadnyana sebagai ahli waris.
Penyerahan santunan senilai masing-masing 15 juta dilakukan oleh Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan. Dalam sambutannya Kembang menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemprov. Bali atas pemberian santuan kepada warga Jembrana yang terkena bencana dan berharap kedepannya makin bersinergi. Mengingat Desa Brangbang merupakan Desa Pertama di Jembrana yang dibentuk Destana yang bersumber APBD Provinsi Bali, Wakil Bupati Jembrana berharap kedepan ada bantuan dari Pusat (BNPB), atau akan berupaya mensupport dari APBD Kabupaten Jembrana.
Hadir juga pada acara tersebut Asisten 1 (Pemerintahan) Sekda Kabupaten Jembrana Nengah Ledang, Kepala SKPD, Unsur Muspika, Narasumber, dan unsur masyarakat. Setelah acara pembukaan diisi dengan pelatihan kepada kader desa yang terdiri atas semua unsur di Desa, teori dan praktik / simulasi penanggulangan bencana akan diberikan selama 5 (lima) hari kedepan, dengan narasumber dari berbagai unsur diantaranya : PMI, BMKG, Basarnas, dan KPPAD (Komisi Pengawasan & Perlindungan Anak Daerah) Provinsi Bali. (rtn/sugata).