DETIKKASUS.COM | Kampar- Bentrok antara Satuan Polisi Pamong Praja Kampar dengam masa aksi demonstrasi Aktifis dan tenaga honor Ruang Tunggu Kelahiran (RTK) Dinas Kesehatan, pada senen 17/7/2018, mengakibatkan jatuh korban di pibak aktifis dan tenaga honor RTK.
Karena emosi, dikabarkan Hambali nekat melakukan aksi brutal dan membanting sejumlah masa. Tak pandang bulu, Fitriani Winarti (24), asal puskesmas Gunung Sahilan diduga hamil muda jatuh pingsan akibat didorong anggota satpol PP.
Menurut informasi yang dihimpun, Kejadian ini berawal dari dorongan yang dilakukan oleh Kasatpol PP Kampar Hambali, ketika masa ingin melakukan orasi didepan pintu masuk kantor bupati, saat itu posisi kantor sedang kosong, tidak lama kemudian sekda lewat bersama orang kementrian dan membawa kami keruangannya. Sekitar 10 menit, dan sekda tidak bisa memberikan solusi masa kembali kebawa dan ingin melakukan aksi.
Lantas aksi brutal petugas penegak perda spontan terjadi ketika koordinator aksi ingin membantangkan spanduk didepan kantor bupati.
“Karena tidak ada solusi dari sekda, lebih kurang 10 menit di ruangannya kami kembali kebawah dan bergabung dalam barisan, sebenarnya kami ingin melakukan orasi dan membentang spanduk, lalu Kasat lansung mendorong saya, ketika saya tanya ada apa bang, namun anggotapun mulai menyerang kami,” ungkap Rian yang merupakan koordinator aksi.
Senada dengan hal itu, Liza salah seorang TRK asal puskesmas Gunung Sahilan juga menjelaskan akibat kebiadaban kasatpol pp itu, dua orang rekannya yakni Dafit Dapijul (23) dan Fitriani Winarti mengalami pingsan hingga dilarikan ke RSUD Bangkinang.
“Kami datang ke kantor bupati hanya ingin menuntut janji sekda, pada minggu lalu sekda berjanji akan mencarikan solusi untuk pembayaran gaji kami,” kata Liza.
“Lalu disusul oleh sejumlah anggotanya, Awalnya didorong oleh kasatpol pp Hambali, dan Dafit salah seorang mahasiswa diinjak injak oleh kasatpol PP, kami akan melaporkan ke polda pak,” ungkap Liza.
Namun pernyataan itu lansung dibantah oleh kasatpol pp, Hambali tidak mengakui dirinya menginjak ataupun menendang mahasiswa, namun ia mengakui ada mendorong karena masa yang memulai mendorong.
“Kita tidak ada meninginjak ataupun menendang, hanya mendorong dan melarang masa untuk tidak memasang spanduk, karena mereka awalnya sudah ditemui oleh sekda, namun mereka masih ngotot untuk melakukan memasang spanduk,” tutur Hambali ketika dihubungi via selulernya
“Kita hanya ingin membubarkan mereka kerena saya melihat dari dalam Lobi mereka mengambil spanduk untuk melakukan penyegelan pintu masuk kantor Bupati, aksi ini sudah anarkis, awalnya juga mereka sudah memecahkan kaca disamping masuk” Tambah Hambali.(arifin)