Benarkah PETANI Malas? PETANI: Menteri Pertanian Harus Buat Peta Kemalasan PETANI

Minggu, 27 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Detikkasus.com | Jakarta – Pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, menjelaskan bahwa, “PETANI di Indonesia malas dibanding PETANI di negara lain yang hanya melihat matahari 6 jam dan menanam hanya 6 bulan.” Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengaku sudah melakukan pembenahan pada alokasi anggaran. Amran mengklaim, saat ini 85% anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) dialokasikan bagi kepentingan PETANI.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, “4 tahun lalu hanya 35% anggatan Kementan yang dialokasikan untuk PETANI, sisanya 65% untuk perjalanan dinas, cat kantor, dan lain-lain, “Di 2014, dari total anggaraan untuk produksi PETANI hanya 35%. Selebihnya itu biaya seminar, perbaikan kantor, perjalanan dinas, kami cabut. Beli mobil, beli motor moratorium, cat kantor kami moratorium, biaya perjalanan dinas kami cabut. Hasilnya, dulunya 35% untuk PETANI, sekarang 85% untuk PETANI.”

“Dulu semua tender, pestisida tender, anggaran turun padahal sudah pertengahan musim hujan. Kami menghadap Presiden, ada regulasi yang harus dicabut. Kami sampaikan, tikus tidak pernah mengatakan tunggu dulu pemerintah lagi tender. Baru satu regulasi kami ubah, kami yakin bisa angkat produksi,” ujarnya.

Baca Juga:  Kadispenad: Netralitas TNI-AD Jangan Diragukan, Jika Melanggar Kami Tindak

“Demi menggenjot swasembada pangan dan meningkatkan investasi, Amran juga mengaku sudah memangkas 241 regulasi. Dampaknya, ekspor kita meningkat, investasi meningkat,” ungkap Amran.

Alasan malas ini paling tidak bisa menjadi rasional mengingat bahwa tingkat kesuburan lahan pertanian di Indonesia mengakibatkan keseriusan PETANI dalam meningkatkan hasil cukuplah berbeda dengan luar negeri.
Tapi di sisi lain juga harus dilihat pula sebenarnya bukan persoalan malas atau tidak malas tapi pertanian di Indonesia tidak mengikuti perkembangan zaman. Sehingga pola pertanian di Indonesia kurang menarik karena teknologi yang digunakan cukup ketinggalan.

Pendidikan dengan luas terbatas dengan berbagai peralatan modern dan padat modal sedangkan di lapangan lahan cukup luas dan padat karya. Sehingga tidak ada kesinambungan laboratorium pertanian di dunia pendidikan dengan kondisi masyarakat PETANI di Indonesia. Pemerintah tidak mendorong pola peningkatan untuk mendorong pertanian menjadi lebih baik volume produksinya namun lebih menjadikan PETANI adalah obyek angka kemiskinan guna mencapai target pengentasan kemiskinan dengan jargon pemerataan pembangunan.

Baca Juga:  Bagian Masyarakat Tionghoa NKRI Somasi Lieus Sungkarisma.

Ketua Umum PETANI Satrio Damardjati mengatakan bahwa, “Beban produksi PETANI kreatif dengan peningkatan harga BBM justru terbebani dengan konversi BBM  yang berupa bantuan natura yang mendorong daya beli jangka pendek. Sehingga program pemberdayaan PETANI sering mengalami kesulitan karena PETANI terbiasa disuapi daripada diberi motivasi kebanggaan meningkatkan kemakmuran karena hasil dan karya besar hasil pertanian.”

Terkait pernyataan dari Mentan tersebut, beberapa pengurus PETANI di daerah pun angkat bicara. Salah satunya Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PETANI Jawa Tengah (Jateng) Dumadi Tri Restiyanto menyatakan bahwa, “Kemalasan yang dimaksud oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman harus diterjemahkan dan dijabarkan secara riil dan bagaimana solusinya.”

Seperti yang pernah dikatakan oleh Ketua Umum PETANI Satrio Damardjati dalam kunjungan Ramadhan PETANI ke basis-basis produksi PETANI mengatakan, “bagaimana Mentan harus menetapkan sejauh mana kemalasan PETANI dan sebab-sebab kemalasannya. PETANI memiliki dua karakter motivasi yaitu transaksional motivation dan self motivation.”

Baca Juga:  Wartawan Korban Rekayasa Hukum 3 Tahun dan kriminalisasi Kasusnya Belum Juga Tuntas.

PETANI dalam peningkatan kemakmuran bukan persoalan angka-angka anggaran pemerintah, karena kebutuhan PETANI bukan kuantitatif saja tapi juga kualitatif.
Pergeseran nila-nilai gotong royong menjadi sifat individualistis dan kapitalisme liberal juga perlu dipertimbangkan, belum di dukung wilayah orientasi PETANI.

Pertanian di Indonesia memiliki tipografi dan tipologi yang berbeda di luar Jawa dan di Jawa. Daerah lembah atau dataran tinggi, daerah perkotaan dan pedesaan. Wilayah Implementasi di lapangan baik lahan intensif atau ekstensif. Sehingga tidak bisa diratakan keluasan lahan. Sehingga PETANI tidak mampu menerjemahkan apalagi melaksanakan program Mentan. “Dan Mentan harus merevisi program, pernyataan dan beberapa hal yang telah disampaikan agar tidak terkesan sporadis namun  tetap berkelanjutan,” tegas Ketum PETANI.
( Zeey/Team).

Berita Terkait

Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) Barisan Pejuang Keadilan Berkomitmen Tegakkan Keadilan
Kondisi Tiang Listrik Rusak, Respon Cepat PLN ULP Kualatungkal segera Kroscek Lokasi untuk Perbaikan
MPW Pemuda Pancasila Jateng Gelar Rakorwil, Seluruh Ketua Bidang dan Ketua MPC Hadir
Peristiwa Naas!! Akibat Angin Kencang Pohon Kelapa Tumbang, Timpa rumah milik warga Pekon Teba Bunuk, Kotaagung Barat.
Warga Berencana Melapor ke Polisi, Diduga Nama dan Tanda Tangan Dipalsukan untuk Kredit di BPR Weleri Makmur
Listrik Hotel Rivoli Kualatungkal Padam saat Acara, Manajement Hotel: Kami berikan Kompensasi Potongan Harga
Adi Setijawan: Apresiasi Keputusan Pemkot Semarang Batalkan Kenaikan E-Restribusi di Pasar Burung Karimata
Dr. H. AM Juma’i SE., MM Ketua FKSB Angkat Bicara Terkait Kenaikan E Retribusi
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 5 November 2024 - 10:54 WIB

Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) Barisan Pejuang Keadilan Berkomitmen Tegakkan Keadilan

Minggu, 27 Oktober 2024 - 15:23 WIB

Kondisi Tiang Listrik Rusak, Respon Cepat PLN ULP Kualatungkal segera Kroscek Lokasi untuk Perbaikan

Kamis, 24 Oktober 2024 - 06:32 WIB

MPW Pemuda Pancasila Jateng Gelar Rakorwil, Seluruh Ketua Bidang dan Ketua MPC Hadir

Sabtu, 12 Oktober 2024 - 21:12 WIB

Peristiwa Naas!! Akibat Angin Kencang Pohon Kelapa Tumbang, Timpa rumah milik warga Pekon Teba Bunuk, Kotaagung Barat.

Jumat, 11 Oktober 2024 - 16:39 WIB

Warga Berencana Melapor ke Polisi, Diduga Nama dan Tanda Tangan Dipalsukan untuk Kredit di BPR Weleri Makmur

Berita Terbaru

Berita Terkini

Sujadi Saddat Mangkir Lagi dari Panggilan Ke Dua Bawaslu

Kamis, 7 Nov 2024 - 22:04 WIB