KUPANG – Komunitas Pace Maker Kupang (KOMPAK) laksanakan diskusi dan bedah buku di Luy Pung Cafe Blok 5A, Ruko Friendship, Kota Kupang, NTT. Sabtu (22/02/2020).
Detikkasus.com | Kegiatan bedah buku berjudul “Kuasa Media di Indonesia. Kaum Oligarki, Warga dan Revolusi Digital” menghadirkan lima pemantik diskusi yaitu Anna Djukana dari Aliansi Jurnalis Independen, Beverly Rambu dari media Victory News, Pemimpin Redaksi Garda Indonesia, Rony Banase yang mewakili Ikatan Media Online Indonesia, Novermy Leo dari media Pos Kupang dan Jurnalis detik indonesia, Yoseph Mbete Wangge yang mewakili Organisasi Jurnalis Muda NTT.
dalam membahas tentang buku tersebut, perwakilan Aliansi Jurnalis Independen Anna Djukana, mengungkapkan bahwa banyak media yang tidak pernah mendukung keberagaman dan isu isu gender bahkan banyak yang mengeksplorasi perempuan “Media tidak mendukung keberagaman dan isu – isu gender, banyak mengeksploitasi perempuan.” Ungkap Anna
Sedangkan mewakili Ikatan Media Online Indonesia, Rony Banase, mengungkapkan bahwa banyak warganet tayang tidak bersatu melawan kekuatan media bahkan dikotak-kotakan dengan konten-konten yang ditampilkan media. “Warganet tidak persatu melawan kekuatan media, mereka terkotak – kotak oleh konten-konten yang ditampilkan media.” Ungkap Roni
Hal yang sama dikatakan oleh perwakilan Pos Kupang
Novermy Leo mengungkapkan bahwa banyak media saat ini memilih pemberitaan dengan reting yang tinggi untuk kepentingan bisnis, dan menyesampingkan pesan pesan edukasi bagi masyarakat.
“media hari ini memilih pemberitaan – pemberitaan dengan reting tinggi untuk tujuan bisnis. Sebenarnya kita bisa menyisipkan pesaan – pesan dan edukasi bagi masyarakat lewat berita – berita dengan reting tinggi.” Ungkap Novermy Leo.
sedangkan perwakilan media Victory News Beverly Rambu, mengungkapkan bahwa masyarakat yang adalah kekuatan media, harus memiliki kecerdasan yang bijak untuk mengikuti perkembangan zaman. “Masyarakat sebagai kekuatan bangsa juga diharapkan makin cerdas dan bijak mengikuti perkembangan zaman” ungkapnya.
ia melanjutkan bahwa pemanfaatan platform digital dalam menyuarakan pendapat, fakta, peristiwa, haruslah dilakukan dengan bijak, tanpa harus disebarkan dengan sistem hoax dan memprovokasi. “Memanfaatkan platform digital untuk menyuarakan pendapat, fakta, peristiwa, kegelisahan, dan kekhawatiran dengan bijak tanpa harus dengan mau dan tahu membuat dan menyebarkan berita hoax atau memprovokasi sesama warga bangsa* lanjutnya.
ia mengatakan pula bahwa dalam berpendapat perlu diperjuangkan nilai-nilai positif yang berguna dan penuh tanggung jawab. “Berpendapatlah dan perjuangkan nilai-nilai positif yang berguna melalui berbagai platform digital dan media sosial dengan penuh tanggung jawab moral serta beretika sehingga benar-benar menjadi kekuatan bangsa yang membanggakan dan membawa perubahan signifikan bagi Indonesia.” ungkapnya.
sedangkan mewakili Jurnalis Muda NTT,
Yoseph Mbete Wangge mengatakan bahwa perlu ada kecerdasan dalam menyiapkan strategi berkampanye di media sosial, sehingga hasil kedepan dapat dihitung dengan baik serta memiliki nilai yang positif. “cerdas menyiapkan strategi kampanye medsos misalnya, Konsolidari wacana merupakan salah satu solusi karena untuk menjadikan sebuah isu terakumulasi algoritma dan menjadi tanding” Ungkap Yoseph yang juga adalah ketua II Jurnalis Muda NTT.
Kegiatan tersebut melibatkan dua puluh peserta seperti, Ketua DPRD Provinsi NTT, Emy Nomleni, Pendeta Emy Sahertian, Magabudhi, Pemuda GMIT, Jurnalis Muda NTT dan Ikatan Media Online Indonesia. YW/editor: EM