Detikkasus.com | Artikel
Badai telah Pergi dari Partai Hanura
Oesman Sapta Odang alias OSO secara aklamasi terpilih kembali menjadi ketua umum Partai Hanura dalam Musyawarah Nasional (Munas) III.
Sebanyak 34 DPD dan beserta DPC seluruh Indonesia solid mendaulat OSO untuk kembali memimpin Partai Hanura 2019-2024. Proses penetapan OSO menjadi ketua umum Partai Hanura berjalan secara demokratis dalam sidang pleno di arena Munas III, Golden Ballroom, The Sultan Hotel, Jakarta.
Ketua DPP Partai Hanura Inas Narsullah mengatakan 34 DPD dan mayoritas DPC bulat mendukung OSO menjadi ketum. Dengan demikian, OSO akan memimpin Partai Hanura selama lima tahun ke depan. Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Hanura beberapa waktu lalu, seluruh DPD dan DPC Partai Hanura memang sudah merekomendasikan nama OSO sebagai satu-satunya kandidat ketum.
Usai membuka Munas III Partai Hanura, OSO menegaskan bahwa keinginan kader DPD dan DPC mendaulatnya sebagai ketum lagi karena ada komitmen bersama untuk membawa partainya sukses dalam agenda pembangunan dan politik, termasuk pilkada hingga Pemilu 2024. Seusai ditetapkannya OSO sebagai ketua umum Hanura 2019-2024, maka agenda Munas III Hanura di hari kedua, Rabu, akan membahas sidang komisi yang dibagi menjadi tiga yakni Komisi A tentang AD/ART, Komisi B tentang program umum dan Komisi C tentang rekomendasi.
Selanjutnya akan digelar Pleno V untuk mengesahkan hasil Munas III Hanura dan dilanjutkan penutupan Munas.
Karena itu, Partai Hanura mengusung tagline From Zero to Hero, untuk melangkah ke depan.
OSO merasa masih mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan dan membawa kejayaan Partai Hanura. Dia meyakini bukan cuma dirinya yang memiliki komitmen itu.
Menurut OSO, banyak kader di partainya yang memiliki komitmen yang sama untuk membesarkan Hanura.
Mantan wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu mengaku tidak ingin mendahului hasil Munas, saat disinggung apakah akan aklamasi terpilih sebagai ketum Partai Hanura. OSO juga menegaskan kader patut berbahagia dan berbangga hati, karena badai telah pergi dan lenyap dari Partai Hanura.
Menurut OSO, Hanura memang sebuah partai yang menjanjikan. Karena itu, dia tidak heran kalau ada orang yang ingin mengganggu bahkan mengambil Hanura. Kompak, kader OSO menjawab tidak. Menurut OSO, berbagai cara dilakukan untuk mengguncang Partai Hanura. Bahkan, hingga ke jalur hukum. Namun, dia menegaskan, karena kerja keras semua kader, Partai Hanura bisa melewati itu semua. Menurutnya, setelah para pengkhianat dan perusak itu gagal, mereka justru berpindah ke partai lain.
“Orang yang selalu mengganggu dan merusak rumahnya sendiri telah pergi dari partai,” ungkap OSO. OSO menegaskan kader patut berbahagia dan berbangga hati, karena badai telah pergi dan lenyap dari partai. Menurut OSO, Hanura memang sebuah partai yang menjanjikan. Karena itu, dia tidak heran kalau ada orang yang ingin mengganggu bahkan mengambil Hanura. “Ada orang ingin mengambil merusak Hanura. Bolehkah dia rusak?” tanya OSO tiga kali kepada kadernya. Kompak, kader OSO menjawab tidak. “Meskipun guncangan, intervensi lebih besar bahkan cara hukum dilakukan, tetapi kita menang. Negara kita negara hukum, itulah kita menang,” ujarnya.
Politikus kawakan kelahiran Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat, 18 Agustus 1950 itu menyatakan setelah badai partai telah diselesaikan, saatnya memulai dari nol.
Lewat Munas yang menjadi forum tertinggi dalam pengambilan keputusan ini, OSO mengajak semua kader introspeksi diri. Evaluasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki Partai Hanura menuju 2024. Tak lupa, OSO menyerukan menegakkan prinsip 5S dalam berorganisasi. Strategi, yakni mau dibawa ke mana arah partai ini. Struktur organisasi apa yang ingin dibentuk. Skill, yakni the right man in the right place di dalam partai.
Kemudian sistem serta speed and target harus diperhatikan dalam menjalankan garis kebijakan partai. Sebagai ketum, OSO mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Ia menghargai seluruh kader yang masih berkomitmen tinggi kepada partai.
“Dengan ketulusan dan kerja keras, kami dapat selesaikan masalah bersama. Kejujuran ketulusan komitmen merupakan modal besar dalam menghadapi momentum politik,” ujar OSO.
Menurut Benny, berdasar Musyawarah Nasional (Munas) II Partai Hanura di Solo 2015 lalu, partainya tidak lagi mengenal istilah Wanbin. “Tidak ada Dewan Pembina dalam struktur kepengurusan pusat partai, yang ada adalah Dewan Pakar dan Penasihat,” kata Benny dalam jumpa pers di kantor DPP Partai Hanura.
Mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu menyatakan bahwa berdasar Surat Keputusan (SK) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), kepengurusan DPP Partai Hanura hasil Munas di Solo adalah yang sah.
“Jadi kami tidak menganggap Munas yang digelar di Bambu Apus karena SK Kemenkumham mengesahkan SK Kepengurusan hasil Munas di Solo,” ujar Benny.
Menurut dia, hal yang paling disayangkan dari Wiranto karema sebagai pendiri Hanura lebih menitikberatkan dukungannya kepada pengurus yang menggelar Munas di Bambu Apus.
Ketua Panitia Musyawarah Nasional (Munas) Partai Hanura, Mulyadi menyebutkan tidak etis rasanya bila memasukkan Wiranto sebagai pengurus partai. “Karena sekarang ini beliau menjabat sebagai Watimpres,” katanya dalam kesempatan itu.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir mengatakan Wiranto tidak diundang ke Munas ke-3 Hanura karena meminta Ketua Umum Oesman Sapta Odang (OSO) mundur.
“Karena kelakuannya tersebut gitu loh, jadi kita tidak undang,” tuturnya di Hotel Sultan, Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/12). Kelakukan yang dimaksud Inas adalah surat resmi yang dikeluarkan Wiranto untuk mendesak OSO mundur sebagai ketum.
“Karena Pak Wiranto membuat kesalahan kepada partai, ketika menjelang munas dia mengirimkan surat yang disebarluaskan oleh Pak Subagyo HS meminta Pak OSO mundur,” jelasnya. Menurut Inas hal tersebut tak elok dilakukan. Harusnya Wiranto berhadapan langsung dengan OSO jika merasa ada permasalahan yang harus diselesaikan.
Dewan Pembina Hanura diketahui telah mengirimkan surat kepada OSO untuk meminta sikap kewarganeraraan dari OSO agar mundur dari jabatan Ketum karena tidak dapat memenuhi syarat-syarat dari pakta integritas yang telah dibuat Desember 2016 lalu.
Ia mengingatkan bahwa pengunduran diri itu multak harus dilakukan sebagai bentuk sanksi apabila OSO tidak memenuhi poin-poin tersebut. “Kalau sampai itu tidak ditaati, maka saudara OSO sebagai ketum akan secara tulus dan ikhlas tanpa paksaan mengundurkan diri sebagai ketum Hanura,” tutur Wiranto. Dalam pakta integritas tersebut, telah disepakati OSO dapat menjadi ketua umum menggantikan Wiranto hingga 2020. Bukan hanya itu, OSO juga diminta untuk menjamin kemenangan dari Partai Hanura dalam Pemilu 2019.
Selain itu, disebutkan juga bahwa OSO harus dapat menjamin penambahan kursi Partai Hanura di DPR-RI dari jumlah yang sebelumnya di dapat. Dalam pelaksanaannya, Dewan Pembina menikai OSO tidak berhasil membawa Hanura untuk mendaparkan kursi di DPR-RI pada perideo 2019 ini. Disebutkan juga, Dewan Pembina telah mengadakan rapat pada 7 Desember 2019 dan menyepakati pengunduran diri terhadap OSO.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hanura Muhammad Ongen Sangaji menuding Wiranto yang harusnya disalahkan soal Hanura tidak lolos ke Senayan.
“Menurut saya bukan Pak OSO tidak sanggup membawa partai ini lolos PT. Tapi ada upaya-upaya yang kemudian dilakukan secara langsung maupun tidak langsung menjatuhkan Pak OSO waktu itu,” tuturnya.
Hanura diterpa konflik pada 2017, saat Wiranto menyerahkan jabatan ketua umum kepada OSO. Transisi kekuasaan itu memicu keluarnya mosi tak percaya dari 27 pengurus Dewan Perwakilan Daerah (DPD) I Hanura pada akhir 2017. Peristiwa itu berbuntut panjang. Hanura terbelah dua. Kubu yang dipegang oleh OSO (kubu Manhattan), dan kubu yang dipegang oleh mantan Sekretaris Jendral Hanura, Syarifuddin Sudding (kubu Ambhara).
Kedua kubu saling menggelar pertemuan dan saling memecat ketua umum dan sekjen. Saat ini, banyak eks kader Hanura dari kubu Sudding sudah berpindah ke partai politik lain. Sudding sendiri pindah ke PAN. Sementara loyalis Sudding lainnya seperti Dadang Rusdiana pindah ke NasDem. Pada Munas ke-III yang digelar 17 sampai 19 Desember 2019 ini, Wiranto tidak diundang dengan dalih Hanura hanya mengundang orang internal.
Wiranto dianggap bukan lagi pengurus Hanura oleh kubu OSO semenjak tidak lagi menjabat ketum. “Sekarang kita sudah tidak ada dewan pembina dalam struktur organisasi,” kata OSO kepada wartawan usai membuka Munas kemarin. OSO merujuk pada Surat Keputusan (SK) Menkumham yang tertanggal 25 November 2019. SK tersebut telah mengesahkan struktur partai tersebut yang hanya memiliki dewan pakar dan penasihat saja.