Babinsa Koramil 0816/03 Buduran Silaturahmi Dengan Anggota Banser Buduran

Detikkasus.com | Sidoarjo – Babinsa Koramil 0816/03 Buduran Peltu Sofyan Noor melaksanakan komunikasi sosial (Komsos) bersama anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna) di kantor MWC NU BUDURAN Desa Wadungasih Kecamatan Buduran, Sidoarjo, kamis (23/5/19).

Dalam Komsos itu Peltu Sofyan Noor memberikan edukasi yang bertajuk ,“Pentingnya rasa aman dan nyaman dilingkungan masyarakat”.

“Mari kita jaga bersama-sama keamanan, kenyamanan, kebersamaan, menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama untuk terus memupuk rasa saling menghormati diantara anak bangsa,” imbau Babinsa Desa Wadungasih Peltu Sofyan.

Masih menurutnya, kebersamaan erat antar masyarakat ini juga akan berdampak positif bagi harmonisasi dilingkungan tetangga dan memperkuat jalinan silaturahmi diantara warga. Agar tetap terjaga rasa itu mari kita sama-sama menjaga harmonisasi di wilayah binaan,” ulasnya.

“Harapan saya, Banser harus ikut berperan aktif dalam menjaga keanekaragaman budaya dan adat istiadat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkas Peltu Sofyan.

Dilihat dari akar katanya, silaturahmi (atau terkadang disebut dengan silaturahim) berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ‘shilah’ yang berarti hubungan atau relasi dan ‘rahim’ yang berarti kerabat atau kasih sayang. “Jadi, silaturahmi bisa dimaknai sebagai hubungan kekerabatan atas dasar kasih sayang

Silaturahmi merupakan sebuah budaya yang dikonstruksi atau dibentuk oleh komunitas atau masyarakat tertentu. Dari masyarakat tradisional hingga masyarakat modern, silaturahmi dibentuk dalam sebuah proses enkulturasi. Artinya, silaturahmi merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan, yang dikenalkan secara turun-temurun dari generasi tua ke generasi muda, dalam sebuah keluarga, komunitas, atau masyarakat.

Meski silaturahmi berasal dari bahasa Arab, tradisi ini sudah hidup mengakar di masyarakat Indonesia. Sejak zaman dulu silaturahmi bukanlah sesuatu yang asing bagi masyarakat kita, walaupun kemudian dalam perkembangannya ada unsur-unsur luar, seperti tradisi Arab, Barat, Cina, Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, dan lainnya. Semua itu turut mewarnai dan memperkaya ragam silaturahmi di Indonesia.

“Di Jawa ada ungkapan: ‘ngumpulke balung pisah’, yakni sebuah upaya untuk merekatkan kembali relasi kekerabatan dan kekeluargaan yang mungkin sudah mulai lumer karena diserbu oleh parpol, ormas, atau agama yang berlainan.(Lyn/Swd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *