Rahayu Rahayu Rahayu
Rahayu Sagung Dumadi
Mojokerto l Detikkasus.com – Kita sering mendengarkan pembawa acara (MC) atau pejabat sedang pidato/ceramah dalam bahasa Jawa? biasanya di bagian pembukaan atau di bagian penutup dari pidato/ceramah tersebut selalu disisipkan kalimat “rahayu sagung dumadi” atau “kalis ing rubeda, nir ing sambikala”. Ketemu teman atau sahabat, bahkan bukan hanya di dalam ceramah ataupun pidato, biasanya dalam tulisan, surat menyurat, bahkan artikel formal berbahasa Jawapun seringkali tersisipi kalimat tersebut.
Tetapi tahukah apa sebenarnya makna dari kalimat tersebut dan kenapa orang Jawa seringkali menggunakannya? makna dari setiap kata pada kalimat tersebut. Berikut ini penjelasannya.
Rahayu: selamat, sehat, beruntung, sejahtera, luput, terhindar dari celaka dan marabahaya
Sagung : semua
Dumadi (um + dadi) : titah, yang menjadi atau dijadikan
Kalis : tak bisa terkena, terhindar dari sakit atau lelara, musibah atau kecelakaan
Ing : di, dalam
Rubeda : masalah, halangan, kesulitan
Nir: tanpa
Sambikala : halangan, celaka
Masyarakat Jawa seringkali mengucapkan “mugya rahayu sagung dumadi” yang bermakna semoga semua makhluk diberikan keselamatan dan kebahagiaan.
“Kalis ing rubeda nir ing sambikala” selamat terhindar dari masalah, dijauhkan dari kesulitan, dijauhkan dari segala musibah dan marabahaya. Selama ini telah menjadi semacam kebiasaan bagi masyarakat Jawa untuk menyisipkan kalimat tersebut, utamanya saat akan mengawali atau menutup suatu pembicaraan, pesan, maupun tulisan. Masyarakat Jawa menyisipkan kalimat tersebut sebagai perwujudan doa dan pengharapan yang baik.
Kalimat tersebut adalah doa yang berisi pengharapan yang luar biasa. Merupakan wujud dari kesadaran spiritual tingkat tinggi. Bagaimana tidak, yang didoakan dan diharapkan selamat bukan hanya diri sendiri, melainkan “sagung dumadi” yaitu semua eksistensi. Semua makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, baik manusia, jin, binatang, tumbuhan, yang nampak maupun tidak nampak.
Yang di dalam ataupun yang di luar, di laut ataupun yang di puncak gunung, yang di awang-awang maupun yang di dalam tanah, yang di permukaan bumi maupun yang di angkasa, seluruh alam semesta, jagat raya beserta isinya. Semua eksistensi dan semua makhluk yang telah dititahkan oleh Gusti Allah Tuhan semesta jagat raya turut didoakan. Didoakan agar selamat, sejahtera, bahagia terhindar dari segala marabahaya dan malapetaka.
Doa yang bersifat universal, penuh welas asih dan tidak pilih-pilih bukan?. Ya betul sekali. Kita senantiasa diajarkan untuk memohon atau berdoa hanya kepada Gusti Allah. Pada setiap bait doa yang kita panjatkan turut terselip doa untuk kebaikan sesama.
Saling mendoakan serta memohon kebaikan untuk sesama makhluk, demi keselamatan bangsa, negara serta agama. Manifestasi kongkrit dari sikap memayu hayuning pribadi, memayu hayuning tyasing sesama, serta memayu hayuning bawana.
Memohon untuk menjadi orang yang pintar, maka doakan juga orang lain yang sedang kesulitan belajar supaya mudah dalam belajar dan menyerap ilmu. Memohon kelimpahan rejeki, maka doakanlah pula orang lain yaqng sedang kesulitan agar diberi kelimpahan rejeki. Memohon diberikan kesehatan, maka doakan pula orang lain, agar semua yang sedang sakit lekas diberi kesembuhan dan kesehatan.
Maka vibrasi positif dari doa-doa yang kita panjatkan akan menembus langit dan menghujam jauh ke dalam bumi kembali kepada diri kita juga. Membuka “jalan-jalan” yang sebelumnya gelap dan tertutup, menjadi terang dan terbuka. Menjadi lantaran atau sarana datang nya anugerah beserta rahmat Tuhan kepada kita. Demikian semoga bermanfaat. Rahayu sagung dumadi. (Red)