Aceh Utara |Detikkasus.com -Terpantau oleh awak media detikkasus.com begitu antusias masyarakat menggunakan tumpangan kereta api diaceh oleh lapisan masyarakat yang bermimpi tentang sejarah kereta api yang pernah ada setelah kemerdekaan negeri republik ini serta kisah-kisah yang diceritakan oleh orang tuanya diaceh. Pada tanggal, 26/04/2023.
Pada permulaan kemerdekaan republik ini, banyak sumbangan-sumbangan dari masyarakat aceh untuk indonesia mulai dari beras sigantang, lada sicupak, telur ayam segerepoeh (telur ayam sekandang) emas ditangan disumbangkan untuk membeli pesawat selawah agam 01 dan selawah dara 02 sebagai cikal bakal garuda indonesia, begitu juga sejarah kereta api aceh dari banda aceh yang disebut kuta raja hingga perbatasan medan dibesitang namun semuanya dihilangkan pada masa orde baru saat kepemimpinan presiden suharto.
Sejarah kereta api aceh semenjak pemerintahan kolonial belanda pada tahun 1876, tentara belanda (KNIL) membangun jalur kereta api dengan lebar sepur 1067 mm dari pelabuhan ule lhee menuju kuta raja dengan panjang lintasan 5 Km, jalur tersebut digunakan untuk mempermudah pengangkutan alat perang, besi yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut berasal dari singapura, Sementara kayu-kayu untuk bantalan rel berasal dari Malaka. Rel dan rolling stock dipesan daro Inggris melalui konsul jenderal belanda di singapura. Pada tanggal 5 Mei 1875, seluruh pesanan tiba dari Inggris, termasuk dua lokomotif 0-6-0ST dari Fox walker. lokomotif ketiga 0-4-0T dipesan dari Hohenzollern, bersama dengan 3 lokomotif yang lebih identik untuk pelabuhan Batavia. Semua 3 lokomotif aceh dipindahkan ke SS jawa sekitar tahun 1884–1885.
Karena-kurangnya tenaga kerja, jalurnya tidak selesai sampai bulan september 1876. Lintasan itu berada di tanggul rendah dan melintasi dataran datar berawa, dengan dermaga, jembatan, dan tanpa sistem persinyalan.
Pada tanggal 1 januari 1882 sebuah pemerintahan sipil diberlakukan di aceh, hak jalur tersebut dipindahkan ke burgerlijk openbare werken (BOW), bagian dari layanan sipil pemerintah. Departemen ini terlibat dalam rencana pembangunan jalur tram didaerah setempat dan juga jalur untuk terhubung dengan langsa dipantai timur diseberang dingapura, di sisi lain militer juga masih membutuhkan jalur kereta api dan juga membutuhkan perpanjangan di pantai timur, pada tahun 1884 dicapai kesepakatan bahwa jalur tersebut akan diambil alih oleh atjeh tram, walaupun untuk sementara masih dioperasikan oleh BOW yang digunakan secara luas oleh militer di bagian pantai timur, sampai pada tahun 1916 ketika menjadi bagian dari Staat Spoorwegen dengan nama atjeh stat spoorwegen ASS.
Namun setelah pasukan Heho dan japan menguasai aceh, perkereta apian terus berlanjut hingga diploklamirkan prolamasi kemerdekaan RI dihari jum’at 17 agustus 1945, namun aceh masih bernama atjeh dan berdiri sendiri tanpa bergabung dengan RI, tahun 1948 baru presiden RI yang pertama mengajak Atjeh untuk bergabung kedalam Negara Republik Indonesia Serikat RIS, setelah semuanya diberikan untuk RI, teganya pemerintah indonesia di tahun 1976 menghilangkan kereta api di aceh.
(Abunas kabiro Lhokseumawe)