Oleh : Nurliza Fatimah
Status : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang – Jurusan Ilmu Pemerintahan 2018.
No. Telp : 087856699585
Detikkasus.com | Di tengah pesta Demokrasi yang telah berlangsung pada tanggal 22 Mei 2019, Negara Indonesia sedang merasakan pesta kemenangan hasil pemilu bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk menjalankan sistem pemerintahan Negara Indonesia selanjutnya.
Dimana kita ketahui bahwa Komisi Pemilihan Umum sebelumnya sudah mengabarkan melalui media digital pada dini hari, hasil pemilu dimenangkan oleh Paslon nomor urut 01 yaitu Jokowidodo dan Ma’aruf Amin.
Dimulai dari acara perdebatan capres dan cawapres antara paslon nomor 01 dan nomor 02 berjalan dengan cukup baik. Yang menghasilkan visi dan misi para calon paslon yang dapat ditangkap oleh masyarakat Indonesia kedepannya, bahwa diantara paslon tersebut nantinya akan memimpin Negara Indonesia kedepannya lebih maju dan lebih baik lagi. Mengingat perdebatan capres dan cawapres pertama kali yang diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2019, membahas perihal Korupsi dan Terorisme.
Dalam perdebatan tersebut paslon nomor urut 01 memaparkan pertanyaan mengenai bahwa anggota partai gerindra terhitung masuk dalam daftar kategori yang melakukan korupsi. Tetapi hal tersebut dibantah oleh ketua umum Partai Gerindra yaitu Prabowo, ia mengatakan bahwa sampai detik ini belum mendapatkan informasi bahwa anggota partainya telah menjadi list dalam melakukan korupsi dan juga ia berbicara bahwa kita tidak perlu menyalahkan anggota dipartai lain dengan alasan anggota tersebut telah melakukan korupsi. Jika sampai ada yang melakukan hal tersebut Prabowo akan memasukkan orang tersebut ke dalam penjara melalui tangannya sendiri, InsyaAllah di Partai Gerindra anggotanya melawan antikorupsi.
Tetapi disisi lain, Jokowi mengatakan bahwa yang ia maksud bukan menuduh Partai Gerindra telah melakukan korupsi. Yang dimaksud adalah mantan anggota yang melakukan korupsi. Di tengah perdebatan ini, semakin terasa ketanggangan antara paslon nomor urut 01 dan paslon nomor urut 02.
Ketika antara capres paslon nomor urut 01 dan nomor urut 02 saling memberikan argumen menurut versi mereka bagaimana cara memberantas korupsi. Kemudian berlanjut kepada perdebatan capres dan cawapres yang kedua pada tanggal 18 Februari 2019 membahas topik Infrastruktur pembangunan, enegrgi, pangan dan Sumber Daya Alam.
Diperdebatan kedua ini menjadi salah satu perdebatan yang paling menarik perhatian khsusus bagi saya, dimana para calon saling membahas mengenai infrastruktur pembangunan yang terjadi di Indonesia sendiri.
Tetapi, yang kita ketahui pada wujud aslinya hanya beberapa infrastruktur pembangunan Negara Indoenesia yang dirubah menjadi lebih baik lagi dan sisanya hanya di dengar, dilihat dan di acuhkan begitu saja.
Contoh yang paling sering kita temu di tempat umum adalah dimana jalan raya atau jalan umum yang sering digunakan sebagai jalan utama masyarakat Indonesia di Daerah maupun di Ibu Kota, masih saja ada jalan yang berlubang kecil dan akhirnya semakin hari semakin menjadi lubang yang besar tanpa di perhatikan oleh pemerintah daerah tersebut. tidak hanya satu tetapi hampir sebagian daerah-daerah yang kemungkinan mengalami kerusakan pada jalan raya yang digunakan untuk akses jalan utama atau jalan umum di daerah sekitarnya.
Memasuki debat capres yang ke empat pada tanggal 30 Maret 2019 yang membahas perihal Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan serta Hubungan Internasional. Pada putaran pertama, Jokowi mengeluarkan startegi jurusan andalannya yang sempat menarik perhatian para masyarakat Indonesia di media sosial maupun masyarakat yang ikut nonton Live siaran langsung di Televisi. Ia mengeluarkan strategi berupa Pemerintahan Dilan, dimana pemerintahan ini membahas Digitalisasi dalam Pelayanan atau Digital Melayani.
Sedangkan capres Paslon nomor urut 02 memberikan argumen bahwa ia menggunakan sistem lama, tetapi kekayaan negara tidak sampai terjual ke luar negeri. Menjelang perdebatan final capres dan cawapres antara Paslon nomor urut 01 dan nomor urut 02 dua kubu tersebut saling memberikan argumen yang membuat suasana perdebatan malam itu semakin panas dan memuncak.
Capres nomor urut 01 memaparkan bahwasannya Jokowidodo telah bekerja keras semaksimal mungkin agar pemerataan mampu menyeimbangi pertumbuhan ekonomi negara. pemerataan yang dimaksud dimana memeratakan infrastruktur pembangunan negara secara baik agar masyarakat dapat merasakan kenyaman dalam infrastruktur negaranya sendiri. Tanpa adanya keluh kesah masyarakat di tiap tahunnya akibat buruknya infrastruktur pembangunan negara yang semakin memburuk.
Di lain sisi, cawapres nomor urut 02 mengklaim bahwa BUMN dipolitisasi demi kepentingan penguasa. Sandiaga mengatakan bahwa bagaimana strategi yang dimliki Jokowi dalam menciptakan BUMN sebagai perusahaan kelas dunia lantaran ada serikat beberapa pekerja yang mempunyai perasaan bahwa adanya kepentingan yang di dasari oleh penguasa. Melalui pertanyan tersebut, banyak argumen yang perlu dibahas mengenai permasalahan yang timbul di Negara Indonesia sendiri.
Dimulai dari pembahasan visi dan misi para capres dan cawapres apakah visi dan misi tersebut benar-benar akan dijalankan sesuai janjinya ? atau hanya omong belakang?
Tanggal 22 Mei 2019 telah ditetapkan oleh Bawaslu beserta Komisi Pemilihan Umum, bahwa pemenang Pemilu di tahun 2019 dimenangkan oleh Paslon nomor urut 01 yaitu Bapak Jokowidodo dan Wakilnya Ma’ruf Amin. Tetapi di lain hal mengenai kemenangan pesta demokrasi ini, berubah menjadi suasana yang amat sangat mencekam.
Dimana sebagian masyarakat yang mendemo bahwa kemenangan tersebut menggunakan hak pilih secara system kecurangan. Adapun Paslon nomor urut 02 tidak terima dengan hasil keputusan Bawaslu mengenai bahwasannya kecurangan ini memang benar adanya.
Tetapi hanya perlu diperbaiki saja tidak perlu repot-repot dipermasalahkan. Hingga saat ini sebagian para amsyarakat Indonesia yang ikut Aksi 22 Mei tersebut masih berdiri dan memprotes hasil keputusan Komisi Pemilihan Umum beserta Bawaslu. Mereka tidak menerima hasil tersebut karena diyakin adanya sistem kecurangan yang telah berlangsung.
Melalui Aksi 22 Mei telah emmbuktikan bahwa hari ini masyarkat islam mengumumkan bahwa mereka berjihad dalam mencari kebenaran untuk Negara Indonesia. Dari berita-berita yang telah meliput aksi antara Polisi dengan Masyarakat yang saling mendorong dalam mempertahankan pertahanan masing-masing akhirnya menimbulkan banyak korban jiwa. Banyak masyarakat Indonesia yang mati dalam Aksi 22 Mei tersebut.
Dalam hal ini apakah peristiwa 22 Mei 2019 ini merupakan hari Pesta Demokrasi Indonesia atau sebaliknya merupakan peristiwa kericuhan Indonesia yang mengingatkan kembali dengan peristiwa yang hampir sama di Tahun 1998?.