Cirebon, detikkasus.com – Kuwu (Kades) Desa Sirnabaya Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon, Mimin Muhaimin,kembali menegaskan, pembangunan yang sedang berlangsung di blok Budiraja bukan pembangunan SPAL (saluran Pembuangan Air Limbah) seperti rumor yang beredar di masyarakat blok tersebut, melainkan pembangunan drainase untuk pembuangan air hujan.
Karena menurut Kuwu, wilayah tersebut merupakan daerah genangan air yang sejak dulu dikeluhkan warganya.Sehingga untuk menanggulanginya, pihak Pemdes menempuh skala prioritas dalam pembangunan saluran air di Desa tersebut.
Dijelaskan Kuwu, setelah pembangunan drainase selesai, pihaknya sudah mengagendakan pembangunan SPAL pada tahun berikutnya.
Pembangunan SPAL tersebut,lanjutnya,akan menggunakan pipa yang ditanam melalui drainase tersebut.
Sehingga, baik limbah kerang maupun limbah rumah tangga warga setempat yang masuk saluran tersebut tidak menimbulkan bau busuk.”Perlu diketahui juga oleh masyarakat, bahwa pembangunan yang Kami lakukan itu bertahap dan berkelanjutan. Masyarakat tidak usah khawatir, untuk mengatasi persoalan bau,Kami akan mambangun SPAL menggunakan pipa (paralon) pada tahun depan.Dengan cara tersebut,Kami menjamin tidak akan timbul bau (busuk) lagi, “tegas Kuwu.
Agar tidak menimbulkan kesalahfahaman ditengah masyarakat, pada 29/07 pihak Pemdes mengundang perwakilan masyarakat dan tokoh masyarakat serta seluruh Lembaga Desa seperti BPD, LPM, PPK dan MUI dalam sebuah klarifikasi dikantor Desa setempat. “Alhamdulillah setelah ada klarifikasi, sekarang masyarakat jadi tahu pembangunan yang sedang berlangsung dan pembangunan yang akan datang ditahun berikutnya.Masyarakat sudah mengerti dan memahaminya, “tukas Kuwu.
Hal senada disampaikan Sekretaris BPD, aziz. Menurutnya, warga di blok tersebut sudah memahami tahapan pembangunan yang dilakukan Pemdes Sirnabaya. Pembangunan yang berlangsung tersebut sudah melalui mekanisme musyawarah mufakat dari tingkat Dusun alias Musdus hingga Musrenbang ditingkat Desa. Aziz berharap agar ke depan pemerintah mengagendakan relokasi pengusaha kerang atau ijoan. Karena, kata Aziz, limbah terbesar yang selalu jadi permasalahan adalah limbah kerang dari para pengusaha kerang rumahan. (islah) .