Adsensi, Ketenaran, Dan Tanggung Jawab Youtubers.

Sabtu, 6 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : M. Rizki Sujiannur dari Fakultasi Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang.

Detikkasus.com | 2019 ini, makin banyak generasi milenial yang masuk ke dunia maya karena melihat mudahnya mencari uang dalam sebuah flatform digital youtube. Keinginan generasi sekarang bukan lagi menjadi dokter atau arsitek, melainkan youtubers atau selebgram. Flatform ini berupa media penyedia video dengan beranekaragam tema yang dapat kita temui dengan hanya mengetik sebuah kunci yang ingin kita cari, dari hal semudah itu kita bisa menemukan berbagai macam video yang dipublikasikan oleh orang lain. Secara tidak langsung orang yang kita tonton video yang dia buat, orang tersebut mendapatkan penghasilan dari hal tersebut.. Tidak bisa kita pungkiri, hanya dengan membuat sebuah video seseorang bisa menghasilkan uang yang harus didapatkan orang lain dengan perjuangan yang lebih keras. 1,9 miliar perbulannya, itu adalah angka yang sangat tinggi hingga tahun 2019 ini. Bahkan itu belum termasuk pengguna tanpa akun. Memang tidak dapat dipungkiri, betapa mudahnya seseorang untuk mengakses youtube bahkan tanpa sebuah akun dengan hanya bermodalkan internet kita bisa menonton dalam faltform itu. Youtube yang mulai mewabah bukan tanpa sebab bisa sangat terkenal sekarang, karena tontonan yang menarik dan bisa memilih apa yang kita inginkan saja yang ditampilkan. Saluran tv pun mulai berboyong-boyong ikut membuat streaming maupun video dari tv dan diposting ulang ke youtube untuk menarik pasar di generasi milenial agar tidak kehilangan penonton. Karena mereka tahu, jika tidak melakukan hal itu suatu saat akan dikalahkan oleh youtube yang selalu 24 jam menyediakan tontonan.
Dari penonton sebanyak itu bukannya tidak mungkin bahwa orang bisa menghasilkan uang hanya dengan membuat sebuah konten bisa tonton oleh jutaan orang dan menghasilkan adsense bagi pembuatnya. Bukan rahasia umum lagi bahwa seorang youtubers (konten kreator) yang sudah terkenal bisa menghasilkan uang hingga ratusan juta. Itu belum termasuk dari sponsor yang mereka iklankan dalam sebuah video mereka. Artis-artis di televisi saat inipun memiliki rata-rata memiliki channel youtube mereka-masing, baik itu keinginan pribadi maupun keinginan fans. Maka dari itu semua orang berlomba mencari uang dan ketenaran di youtube. Namun, orang-orang yang sudah terjun tidak memikirkan kedepannya, kadang hanya pemikiran jangka pendek yang berkeinginan cepat kaya untuk secepatnya. Kadang itu menjadikan seseorang berkarya sesaat saja, terus ketika sudah menyerah karena tidak menghasilkan apa-apa, padahal semua itu perlu proses dan tidak semudah itu mendapatkan semua di youtube. Anak-anak yang banyak tertarik dengan hal ini karena bagi mereka itu sesuatu yang keren dan bisa membuat mereka terkenal. Berhubung beberapa orangtua kadang tidak ingin diributkan dengan anaknya dan handphone menjadi pilihan utama, secara tidak langsung menjadikan alat mereka itu mencoba.
Kita bisa mengambil contoh dari yang paling mudah yaitu reuploaders. Hanya dengan memotong sebuah video yang penuh dari berisi informasi penting, ia sudah mendapatkan adsense tanpa mementingkan apakah layak atau tidaknya video tersebut. Yang menjadi permasalahannya ketika penonton tersebut tidak mencari informasi dari tempat lain dan hanya berdasarkan video itu saja, sering menyebabkan permasalahan yang bisa dibawa ke jalur hukum. Contoh yang bisa kita ambil di Gokakphur, India dimana seorang ibu berusia 26 tahun mennggal beserta anaknya. Dia berusaha melahirkan sendiri dengan menonton tutorial dari youtube dikarenakan stigma buruk sebagai ibu tunggal di kota tersebut. Dari hal itu banyak yang bisa kita ulik, disini siapakah yang bisa kita salahkan. Karena tugas youtubers tentunya memiliki tanggung jawab terhadap kontennya tapi tidak bisa kita pungkiri juga sebagai penonton kita harus dewasa dalam menanggapi hal-hal tersebut.
Disadari ataupun tidak ada beberapa beberapa yang tidak memperdulikan videonya itu layak disaksikan oleh kalangan anak-anak dibawah umur atau tidak. Mereka bagai menutup mata dan hanya memperdulikan kesuksesan mereka sendiri tanpa memikirkan penontonnya. Yang paling memprihatinkan mudahnya seseorang untuk mengupload sebuah video hoaks ke youtube dan menjadi viral seketika. Setiap orang punya harus punya rasa tanggung jawab masing-masing bahwa flatform youtube ini sangat rentan terhadap isu-isu tersebut. Dan betapa mudahnya orang percaya dengan hal seperti itu begitu saja tanpa dicari dahulu bukti yang menguatkan hal itu. Bahkan beberapa orang yang mudah percaya begitu saja tanpa mencari infomasi pastinya dulu ikut menyebarkan ke media sosial dan membuat semakin parah. Pengguna youtube harus dewasa, bahwa mereka punya kesadaran dan berpikir kritis tanpa hal itu youtube bisa menjadi senjata mematikan dalam merusak. Apalagi sebuah video sudah terpublikasi maka riwayat hal itu akan selalu ada dan sangat susah untuk dihilangkan jejaknya, khususnya dijaman semua orang memiliki internet. Disinilah kedewasaan seorang youtubers sangat diperlukan untuk menjadi seorang influencer bagi subsribers mereka, khususnya mendidik penonton anak-anak kecilnya yang masih tidak mengerti dan mengetahui apa itu hal yang salah atau tidak. Tetapi kita sebagai penonton yang lebih dewasa mengerti tempat, contohnya berkata kasar. Karena hal itu sering ditirukan seorang anak karena menurut mereka itu sesuatu yang keren dan sering diucapkan seseorang dewasa yang mereka jadikan panutan.
Tapi tidak semua konten kreator itu buruk, masih banyak diluar sana yang berkarya demi memberikan hiburan dan edukasi yang layak untuk penontonnya. Ada yang membuat video berjam-jam dan jadinya Cuma beberapa menit demi sebuah hiburan yang berkualitas untuk penonton mereka. Peran orangtua disini penting sebagai penjaga anak-anaknya agar tontonan anaknya layak dengan umur mereka. Orangtua harus mulai belajar terknologi agar mengetahui apa yang anaknya tonton dan menjadi penghalang untuk hal-hal negatif tidak merusak penerus bangsa kita semua.Karena lebih dari 70% hingga detik ini penonton youtube berasal dari perangkat seluler. Maka dari itu jangan menjadikan handphone sebagai cara mudah mendidik anak, tapi ajarkan dia bahwa masih banyak diluar sana yang bisa mereka lakukan, khususnya bersosalisasi dengan anak-anak seumur mereka. Baik buruknya seorang anak ditentukan dari cara mendidik orangtua.

Baca Juga:  Mengenal Ushul Fiqh

Berita Terkait

Dua Dirut BPRS Tanggamus Jadi Tersangka, Ketua Lembaga TAJI dan SP3 Sampaikan Apresiasi Kepada Kajari Tanggamus.
Pj Bupati Pringsewu Buka Kegiatan PKU Akbar PNM
Kunker Danrem 081 DSJ Kolonel Inf Rama Pratam ke Kodim 0808 Blitar
Ibu Ning Wahyu Melantik Agus Subiyakto Sebagai Ketua DPK APINDO Kota Cirebon Detikkasus
Ibu Ning Wahyu Melantik Agus Subiakto Sebagai Ketua DPK APINDO Kota Cirebon
Polsek Talun Kembalikan Santri Al Bahjah Yang meninggalkan pondok tanpa ijin ke Ponpes
Bersama Warga Pakunden, Koptu Slamet Prasetyo Kerja Bakti Bersihkan Kali Miri
Gebyar Festival anak indonesia sekabupaten cirebon
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 08:15 WIB

Dua Dirut BPRS Tanggamus Jadi Tersangka, Ketua Lembaga TAJI dan SP3 Sampaikan Apresiasi Kepada Kajari Tanggamus.

Rabu, 13 November 2024 - 18:43 WIB

Pj Bupati Pringsewu Buka Kegiatan PKU Akbar PNM

Rabu, 7 Agustus 2024 - 18:14 WIB

Kunker Danrem 081 DSJ Kolonel Inf Rama Pratam ke Kodim 0808 Blitar

Jumat, 2 Agustus 2024 - 14:48 WIB

Ibu Ning Wahyu Melantik Agus Subiyakto Sebagai Ketua DPK APINDO Kota Cirebon Detikkasus

Jumat, 2 Agustus 2024 - 13:42 WIB

Ibu Ning Wahyu Melantik Agus Subiakto Sebagai Ketua DPK APINDO Kota Cirebon

Berita Terbaru

Pilkada

Lucky Hakim-Syaefudin: Ini Kemenangan Rakyat Indramayu

Rabu, 27 Nov 2024 - 21:34 WIB