1. Rezeki
2. Takdir
3. Kematian
Dalam Agama Islam, Rezeki merupakan bentuk realisasi dari takdir yang telah ditetapkan Allah dan tercatat di Lauh Mahfuzh.
Rezeki merupakan takdir mubram, yaitu takdir yang tidak dapat diubah dan harus berjalan sebagaimana mestinya.
Rezeki, jodoh, dan kematian merupakan ketetapan Allah yang telah diatur sejak manusia lahir ke dunia. Namun, manusia hanya bisa berusaha, namun tidak dapat memastikan, semua tergantung Allah SWT.
Contoh takdir mubram dalam kehidupan meliputi hal-hal yang sudah pasti terjadi, seperti waktu kelahiran dan kematian, serta jumlah rezeki yang akan diterima oleh manusia.
Takdir Mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya. Sementara takdir muallaq merupakan takdir Allah Swt yang bisa saja berubah.
Dijelaskan dalam kitab suci Alquran :
Surat Al Hadid ayat 22
Artinya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”.
Surat An Nisa ayat 78
Artinya: “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh”.
Surat Al-Araf ayat 34
Artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”.
Surat Yunus ayat 61
Artinya: “Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)”.
Surat Ar-Ra’d ayat 8
Artinya: “Segala sesuatu itu di sisi Allah adalah dengan ketentuan takdir”.
Surat Al A’raf ayat 187
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (Hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Semoga kita semua tetap beriman kepada sang Goib sang pencipta alam semesta supaya dunia kita selamat, di akhirat kita mendapatkan kehidupan yang layak kenal dan abadi selamanya tidak terbatas.
Hal tersebut dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30. Ayat ini menjelaskan bahwa langit dan bumi dulunya adalah satu kesatuan, kemudian dipisahkan oleh Allah.
Dalam Al-Qur’an, iman kepada yang ghaib diisyaratkan dalam Qs Al-Baqarah ayat 2 dan 3. Beriman kepada yang ghaib adalah salah satu ciri muslim yang bertakwa.
Dalam Islam, ada lima perkara gaib, yaitu:
– Hari kiamat
– Turunnya hujan
– Apa yang ada di dalam rahim
– Apa yang dikerjakan hari esok
– Kematian
Iman kepada hal-hal yang gaib akan mendorong dan membimbing manusia kepada jalan kebenaran. Orang yang beriman kepada yang gaib yakin bahwa semua yang dilakukan di dunia akan mendapatkan imbalan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Hal ini tercantum dalam QS Al-Baqarah ayat 2 dan 3.
Dalam Islam, gaib adalah sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh indra dan tidak diketahui hakikatnya. Ghaib ada dua macam, yaitu gaib mutlak dan gaib lainnya. Ghaib mutlak adalah hal yang berkaitan dengan Allah dan tidak berkaitan dengan lainnya. Hanya Allah yang mengetahuinya.
Semoga Rezekimu berkah, takdirmu baik, dan kematianmu Husnul Khatimah, Amin Ya Rabbal Alamin.
Salam : By | Supriyanto (ilyas) Ketua Umum LSM Generasi Muda Indonesia cerdas Anti Korupsi (Gmicak).