Walikota Jambi Fasha, Resmikan IRRC dan WTE.

Detikkasus.com | Kota Jambi, Kini, warga sekitar pasar Talang Banjar bisa menikmati listrik dan gas serta pupuk kompos yang berasal dari sampah organik di Kota Jambi. Menariknya, energi listrik bisa dimanfaatkan oleh warga selama 24 jam. Bahkan saat ini, seluruh listrik yang ada di bangunan baru pasar Talang Banjar sudah menggunakan listrik yang berasal dari sampah. Menarik bukan?

Hal ini terlihat nyata pada saat peresmian waste to energy (WTE) di pasar Talang Banjar yang diresmikan oleh Fasha Senin (29/1). Integrated Resource Recovery Center (IRRC) Waste to Energy (WTE) merupakan project hibah dari UNESCAP (United Nations Environmet and Commision for Asia and the Pacific) melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia serta UCLG-ASPAC (United Cities And Local Governments Asia Pasific) kepada Pemerintah Kota Jambi dalam mengatasi masalah sampah di Kota Jambi. Hasilnya, sampah yang dikumpulkan setiap harinya dari pasar Talang Banjar, akan dikelola menjadi energi listrik,gas dan kompos.

Baca Juga:  PT Aqua Farm Buang Limbah ke Laut Warga Nelayan Resah

Menurut Walikota Jambi, Syarif Fasha bahwa ini merupakan proyek pertama di Indonesia dan hanya ada di dua kota di Indonesia. Kota Jambi dan Kabupaten Malang. Dijelaskan Fasha bahwa untuk memproduksi listrik, gas dan kompos dibutuhkan sebanyak 2,7 ton sampah setiap harinya. Sampah tersebut akan dimasukkan kedalam ruangan khusus. Lalu diproses. Nantinya dibagi menjadi dua bagian, menghasilan energi listrik dan gas. Juga bagian yang menghasilkan pupuk kompos.

“Tenaga listrik yang dihasilkan dalam 1 hari mencapai 16 KWH dan akan kita jadikan subsidi bagi masyarakat sekitar pasar Talang Banjar. Juga gas yang dihasilkan. Akan kita berikan secara gratis kepada masyarakat. Sehingga bisa mengurangi masalah gas elpiji 3 kg di masyarakat,”bebernya.

Baca Juga:  Polres Lamongan Gelar Peringatan HUT Bhayangkara Ke 71 di Hadiri Bupati Lamongan Selaku Inspektur Upacara | Reporter : Z,Arifin

Fasha menyebutkan bahwa dengan adanya WTE ini, Pemkot Jambi bisa berhemat 15 miliar setiap tahunnya dalam mengelola sampah. Sebab, dijelaskan Fasha bahwa dalam 1 tahun, Pemkot harus menghabiskan anggaran sebesar 60 miliar untuk mengelola sampah. “Sampah di Kota Jambi ini yang an organik sebanyak 40 persen. 20 persennya kita kelola melalui bank sampah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Dan 20 persennya dimasukkan ke TPA. Sedangkan sampah organik ada 60 persen. Sebagian akan kita kelola melalui WTE. Secara keseluruhan kita bisa berhemat 15 miliar dalam satu tahun,”bebernya.

Kedepan, Fasha juga akan membangun WTE di delapan hingga 10 titik di Kota Jambi. Baik di setiap pasar tradisional, juga dibeberapa kecamatan. “Kita kedepan akan membangun dengan konsep yang sama menggunakan dana APBD. Kita pelajari teknologinya dan akan kita terapkan disini,”jelasnya.

Baca Juga:  Koramil 0811/08 Widang Tuban Gelar Pembinaan Peta Jarak Jaring Teritorial IV 2018.

Sementara itu menurut Ade Palguna, Sekretaris Dirjen PSLB 3 KLHK bahwa diharapkan pilot projek pertama di Indonesia tersebut membawa manfaat bagi masyarakat. “Kedepan kami melakukan replikasi untuk kegiatan seperti ini di kota lain melalui dana APBN dan penerima manfaat juga jelas bisa dilihat dan dirasakan oleh masyarakat,”bebernya.

Sudirman, Direktur pengelolaan sampah KLHK mengatakan bahwa merubah sampah menjadi energi listrik dan gas merupakan ide yang sangat bagus. Salah satunya berpengaruh terhadap ekonomi. Dimana listirk yang dihasilkan dari sampah akan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. “Walikota Jambi dengan bantuan UCLG dan Escap memberikan subisdi listrik kepada masyarakat. Energi yang dihasilkan 16 KWH. Kalau dibagi bagi banyak banget. Bisa 24 jam. Ini juga menghasilkan kompos. Kompospun bisa dimanfaatkan. Mungkin bisa dijadikan kampung organik dan dikoordinir dengan baik,”bebernya.ita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *