Ini Bukti Kondom berserakan di pinggiran Sungai Berantas Padangan Mojokerto, bahwa tempat ini sebagai ajang prostitusi PSK dan Waria.

 

Temuan kondom kondom bekas disungai berantas padangan kecanatan Gedeg Kabupaten mojokerto merupakan bukti bahwa tempat ini merupakan mangkalnya atau transaksi seks, seperti yang di jumpai Jejak Kasus rabu 19 juli 2017 sekira pukul 20.00 wib, puluhan waria atau bencong dan wanita separuh baya sedang menjajahkan dirinya untuk mesum.

Terkait wanita separuh baya sudah jelas mainnya, namun para waria mainnya seperti apa?. dan mereka melakukannya di pinggiran sungai berantas padangan.

Mabes Polri – Polda Jatim – Polres Mojokerto, Detikkasus.com – Mari kita baca asal usul sungai berantas Mojokerto, Sungai Brantas : Asal-usul, Mitos dan Misteri Dibaliknya – Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang dan Mojokerto.

Di Kabupaten Mojokerto sungai Brantas bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo. Sungai Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jawa Timur.
Sungai Brantas : Asal-usul, Mitos dan Misteri Dibaliknya

Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun.

Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya.

Baca Juga:  AKBP Edy Sumardi P SIK Menerima Penghargaan Sosok Tokoh Inpiratif indonesia

Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi.

Permasalahan pokok di Sungai Brantas adalah fluktuasi air permukaan yang ditandai oleh dua peristiwa: kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Kegagalan panen dan kelaparan menjadi akibat dari kekurangan air di musim kemarau, sebaliknya di musim hujan terjadi bencana yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa.

Selain itu, kondisi aliran air Sungai Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung Kelud (+1.781). Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus – melontarkan abu dan batu piroklastik ke bagian tengah dari DAS Sungai Brantas – yang pada akhirnya menimbulkan gangguan fluvial pada aliran air Sungai Brantas (Valiant, 2005).

Dibalik fakta-fakta yang menunjukkan pentingnya peranan sungai Brantas bagi masyarakat Jawa Timur terdapat mitos-mitos yang tersimpan dalam aliran air sepanjang sungai Brantas.

Mitos Asal-Usul

Pada masa kerajaan Kahuripan, saat usia Prabu Airlangga sudah tua dan ingin mengundurkan diri lalu menjadi pertapa. Tahta Kerajaan Kahuripan akan di serahkan kepada Putri Permaisurinya yang hanya seorang, yaitu putri Sanggramawijaya

Baca Juga:  ZOLA TINJAU PASAR MODERN MUARO BUNGO

Namun, putri Sanggramawijaya menolak keinginan Ayahandanya. Karena ia tidak punya keinginan untuk menjadi Raja malah berkeinginan untuk menjadi seorang pertapa.

Prabu Airlangga lalu berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir, kebetulan sekali, Ia memiliki dua putra dari selir. Kedua Putranya bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Akan tetapi, Raja Airlangga kebingungan untuk memilih salah satu yang akan di beri tahta Kerajaan Kahuripan.

Prabu Airlangga berusaha mencari jalan keluar yang adil. Ia menyuruh Empu Baradha untuk pergi ke Bali. Empu Baradha disuruh meminta tahta kerajaan milik Ayahanda Prabu Airlangga di Pulau Bali untuk salah satu putranya. Namun, Tahta kerajaan milik ayahanda Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik Prabu Airlangga.

Sehingga Raja Airlangga memutuskan untuk membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian untuk kedua putranya yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Untuk melaksanakan perintah itu, Empu Baradha terbang sambil membawa Kendi ( Teko dari tanah liat ) berisi air. Dari angkasa, ia tumpahkan air kendi itu sambil terbang melintas persis di tengah-tengah Kerajaan Kahuripan.

Ajaibnya, Tanah yang terkena tumpahan air Kendi langsung berubah menjadi sungai. Sungai itu semakin besar dan airnya deras. Sungai itu sekarang bernama Sungai Brantas.

Kerajaan Kahuripan pun sekarang terbagi menjadi dua bagian. Batasnya adalah ciptaan Empu Baradha. Prabu Airlangga pun menyerahkan dua bagian dari Kerajaan Kahuripan itu kepada Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Bagian Kerajaan Kahuripan sebelah timur sungai diserahkan kepada Mapanji Garasakan, yang diberi nama Kerajaan Jenggala, sedangkan bagian barat sungai diserahkan kepada Sri Samarawijaya dan kerajaannya diberi nama Kerajaan Panjalu/Kadiri ( sekarang Kota Kediri ).

Baca Juga:  Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi Oleh Ketua KPK RI Di Lingkungan Kabupaten Magetan Tahun 2018

Fakta Yang Membantah Asal Usul

Jika mitos tentang asal-usul sungai Brantas berasal dari air kendi yang ditumpahkan oleh Mpu Barada maka mitos ini dianggap salah, karena Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah pada tahun 1009-1042.

Sementara sejak abad ke 8, di DAS Kali Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agraris, bernama Kanjuruhan. Kerajaan ini meninggalkan Candi Badut dan prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 M sebagai bukti keberadaannya.

Wilayah hulu DAS Kali Brantas di mana kerajaan ini berpusat memang cocok untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997).

Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Sungai Brantas, lewat Prasasti Harinjing di Pare.

Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 726 S atau 804 M dan yang termuda bertarikh 849 S atau 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan pembangunan sistem irigasi (yang terdiri atas saluran dan bendung atau tanggul) yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yakni Kali Harinjing (Lombard, 2000).

Jadi, Sungai Brantas sudah ada sejak masa sebelum berdirinya kerajaan Kahuripan. Namun sayang jika setiap malam harus di penuhi dengan pekerja seks komersial dan waria nakal, eronisnya lagi hal di atas belum ada tindakan tegas dari aparat hukum terkait pol PP khususnya. (Priya).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *