Bantaeng, detikkasus.com – Sebanyak empat orang Anggota Forum pemerhati Petani Butta Toa (FP2BT) Bantaeng kembali mendatangi kantor DPRD Bantaeng Selasa (28/11/2017)
Kedatangan FP2BT tersebut untuk mendampingi Perwakilan Petani menyampaikan keresahannya terkait tingginya harga pupuk subsidi di tingkat pengecer akibat adanya kelangkaan pupuk di kota ini.
FP2BT yang beranggotakan empat orang itu,di terima langsung oleh Wakil Ketua Komisi (B) Andi M Arasy,yang di dampingi anggota Komisi( B )DPRD Bantaeng yakni, H Rahman Tompo,Fatmawati Fahruddin,Marwani Bahar dan wahida Nurmin di ruang sidang komisi(B)DPRD Kabupaten Bantaeng.
Dalam Kesempatan itu,Koordinator 2 Forum pemerhati Petani Butta Toa Aidil Adha mengaku bahwa,dirinya telah mendapat laporan dari beberapa petani yang ada di Kabupaten ini,mereka mengeluhkan kelangkaan dan mahalnya harga pupuk subsidi di kalangan pengecer hingga mencapai Rp 100 ribu /zak,sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) yang di tetapkan hanya senilai Rp 90 ribu/zak.
Sementara itu Wakil ketua Komisi(B)Andi Muh Arasy berjanji akan mengundang instansi terkait yang terlibat dalam pengawasan,terutama yang terlibat dalam pengawasan pendistribusian maupun pemberlakuan harga eceran tertinggi pupuk subsidi yang telah di tetapkan.
Menurut Andi Arasy atau yang sering di sapa (kr Aca),ada lima instansi yang di libatkan dalam pengawasanyang akan kita undang yakni, Dinas pertanian,Dinas koperasi,Dinas Perdagangan dan kepolisian dalam hal ini (sat Intel ) polres Bantaeng yang akan menjelaskan langsung kepada petani di Kabupaten Bantaeng ini ungkap
Andi Arasy.
Andi Arasy menambahkan,setelah di lakukan penyelidikan di lapangan oleh tim pengawas,dan sisinyalir ada Indikasi pelanggaran yang terjadi,Legislator Partai Demokrat ini,akan meminta kepada aparat agar di tindak , tutur Andi Arasy.
Terkait dengan kelangkaan dan tingginya harga pupuk subsudi, menurut ketua FP2BT
Jamaluddin,di picu dengan adanya oknum pengecer yang tidak bertanggung jawab,menjual pupuknya ke Kabupaten lain,sehingga petani di kabupaten Bantaeng ini cukup kesulitan untuk mendapatkan pupuk yang bersubsidi. (A/alk)