Sidoarjo, detikkasus.com – Danramil 0816/03 Buduran Kapten Inf Karyo Edi pada hari Sabtu tanggal 4 Nopember 2017 pukul 10.30 wib menghadiri undangan sosialisasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) yang dilaksanakan di balai desa Sidokepung.
Dalam sosialisasi tersebut turut hadir pula kepala dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Danramil 0816/03 Buduran Kapten Inf Karyo Edi, Pjs. Kepala desa Sidokepung bapak Suyut Suprihaji dan masyarakat sekitar kurang lebih sebanyak 20 orang.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam penataan kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesehatan, Salah satunya adalah sanitasi total yang merupakan upaya bersama seluruh warga masyarakat.
Demikian antara lain disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo usai acara Sosialisasi Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) yang diselenggarakan di Desa Sidokepung Kecamatan Buduran, Sabtu 04/10/17.
Lebih jauh, ia menjelaskan, bahwa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Ada lima pilar dalam program STBM yang di sosialisasikan yaitu
1. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
2. Mencuci tangan pakai sabun.
3. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4. Mengelola sampah dengan benar.
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Target pencapaiannya adalah Open Defecation Free ( ODF ), yakni kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
“Program sanitasi berbasis Masyarakat ini merupakan program Nasional yang ditargetkan untuk Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2019 seluruh Indonesia sudah Stop Buang Air Besar Sembarangan” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pada setiap tahunnya di targetkan dua desa di kecamatan Buduran yang di deklarasikan stop buang air besar sembarangan.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam penataan kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesehatan, dimulai dengan usaha prepentif secara individu, kelompok dan menyeluruh. Salah satunya adalah sanitasi total yang merupakan upaya bersama seluruh warga masyarakat, dengan kader sebagai penggerak utama dan pertama.” Demikian antara lain disampaikan Danramil 0816/03 Buduran, Habibuddin, Kapten Inf Karyo Edi. dalam sambutannya pada acara Sosialisasi Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) yang diselenggarakan oleh Puskesmas Buduran terhadap staf desa, kepala dusun dan seluruh kader posyandu dan masyarakat desa Sidokepung.
Lebih lanjut Danramil 0816/03 Buduran Kapten Inf Karyo Edi mengatakan bahwa kader merupakan bagian dari masyarakat, yang bekerja dari, oleh dan untuk masyarakat, maka semestinya kader posyandu harus tahu lebih dahulu tentang program kesehatan, termasuk STBM. Selain itu, kader harus menjadi contoh teladan bagi masyarakatnya dalam praktik penerapan kesehatan sehari-hari.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World Bank, 2007).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah, tetapi sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh sebab itu, pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui kebijakan dan penganggarannya
Latar Belakang STBM
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
setelah buang air besar 12%,setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,sebelum makan 14%,sebelum memberi makan bayi 7%, dansebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pad a semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. (Ze).