Indonesia-Propinsi Sumatera Utara-Kabupaten Tapanuli Utara, Detikkasus.com – Sebuah mobil Ambulance RSUD Tarutung mengalami pecah ban hingga berujung pada kematian pasien br. Sitanggang.
Adapuh kejadian ini bermula, pada hari Rabu (01/11) pukul 09.06 WIB, saat koordinator Ambulance RSUD Tarutung Bapak Ingot menghubungi supir PSC 119 untuk merujuk pasien ke Rumah Sakit Hj. Adam Malik Medan menggunakan mobil Ambulance.
Pada pukul 09.30 WIB, Supir PSC 119 beserta 1 perawat langsung menuju UGD RSUD tarutung guna membawa pasien tersebut ke Medan dan pada 10.30 Pasien dimasukkan kedalam mobil ambulance yang didamping 2 keluarga dan langsung menuju ke Medan.
Sekitar pukul 12.00 WIB, supir mengisi minyak mobil Ambulance di SPBU Balige. Menurut keterangan supir, pukul 12.30 WIB, ambulance yang dikendarai mengalami ban bocor halus dan langsung mencari tempat tempel ban yang bertempat di Lumban Julu.
setelah selesai diperbaiki, mobil Ambulance melanjutkan perjalanan.
Di Siantar, pasien dibawa ke Rumah Sakit Vita Insani setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari pihak keluarga atas saran perawat dikarenakan kondisi pasien yang semakin memburuk. Selama kurang lebih 45 menit, pasien dimonitoring dan di stabilkan. Melihat kondisi pasien tersebut perawat tetap menyarankan agar si pasien di rawat di RS Vita Insani. Namun setelah pihak keluarga berbicara dengan dokter dan menyetujuinya, pasien dibawa ke RS Adam Malik.
Sekitar pukul 13.30 pasien dibawa oleh petugas Ambulance ke RS Adam malik dengan kondisi pasien tidak sadar, ETT, Infus dan oksigen terpasang.
Dalam perjalanan sekitar pukul 15. 15, ban mobil ambulance mengalami pecah ban sebelah kanan di Tebing Tinggi. Supir langsung melakukan bongkar ban. Supir dan keluarga pasien bersama-sama mencari ban ditempat sekitar.
Dalam kondisi ini perawat berinisiatif menghubungi supir mobil Jenajah Adam Malik yang kebetulan juga posisi pulang ke medan dan tiba kurang lebih 10 menit. Namun ketika perawat melihat kondisi mobil Adam Malik yang tidak sesuai perlengkapan yang dibutuhkan pasien, perawat tidak memindahkan pasien.
Dengan kondisi demikian, ahirnya keluarga pasien berinisiatif untuk membeli ban baru dengan biaya sendiri dengan harga Rp. 850.000. Setelah ban terpasang kemudian mobil berjalan kembali munuju adam malik dan pasien tetap dipantau oleh perawat.
Pada saat dijalan, perawat melihat kondisi pasien semakin menurun dan menyarankan agar pasien dibawa ke RS terdekat yaitu RS. Melati (Sei Rampah) dan keluarga pun menyetujui. Setelah tiba di RS Melati, pasien di periksa oleh dokter jaga, keadaan umum di monitoring. Namun dokter RS Melati menyarankan kepada keluarga agar pasien dibawa ke Rumah Sakit terdekat yang lebih layak untuk penanganan pasien tersebut yaitu Rumah Sakit Kumpulan Pane di Kota Tebing Tinggi karena dokter tersebut menyatakan bahwa pasien tidak akan sanggup jika di rujuk sampai RS Adam Malik.
Pihak keluarga menolak dan tetap meminta agar dibawa ke RS Adam malik. Sesuai keputusan keluarga yang tetap meminta agar pasien dibawa ke Adam Malik, perawat langsung melengkapi dan memastikan ETT, infus dan Oksigen terpasang baik kepada pasien dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Adam Malik Medan.
Ahirnya pada pukul 17.30 ambulance tiba di RS Adam Malik, pasien langsung dibawa ke UGD lalu di periksa dokter dan dokter menyatakan pasien sudah Meninggalm. (EM)