Kor-Sel |Detikkasus.com -Korea selatan dan indonesia, terlibat erat dalam upaya menemukan solusi untuk melanjutkan pengembangan bersama jet tempur Korea KF-21 (dikenal sebagai IF-X di indonesia).
Kedua negara, yang sepakat untuk melakukan penelitian dan pengembangan bersama internasional pada jet tempur generasi mendatang, berhasil menyelesaikan fase pengembangan eksplorasi dan sekarang melanjutkan pengembangan sistem, termasuk uji terbang.
Namun, indonesia telah mengurangi kontribusi awalnya dari KRW 1,6 triliun menjadi KRW 600 miliar karena kesulitan keuangan, yang mengharuskan adanya diskusi untuk merevisi perjanjian dasar, termasuk ruang lingkup transfer teknologi.
Menambah kompleksitas, pelanggaran keamanan yang melibatkan teknisi Indonesia yang dikirim ke Korea Aerospace Industries (KAI) pada Januari tahun lalu menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Akibatnya, situasi menjadi semakin menantang.
Di tengah situasi ini, delegasi besar anggota DPR Indonesia telah mengunjungi Korea Selatan, yang menarik perhatian.
Pada tanggal 18, sepuluh anggota DPR indonesia dari komisi pertama. Yang mengawasi urusan luar negeri dan pertahanan—termasuk wakil ketua fave laksono—bersama dengan Zelda Wulan Kartika, kuasa usaha kedutaan besar indonesia di korea selatan, bertemu dengan anggota majelis nasional korea selatan. Termasuk Kim Seok-ki, ketua komite urusan luar negeri dan unifikasi.
Komisi pertama DPR indonesia, menangani diplomasi dan pertahanan. Dan dave laksono, anggota DPR tiga periode. Adalah putra mantan ketua DPR Agung Laksono, yang menjadikannya tokoh kunci dalam politik indonesia.
Selama pertemuan tersebut, diskusi difokuskan pada hubungan Korea Selatan-Indonesia, cara-cara untuk memperkuat pertukaran dan kerja sama parlemen, dan, yang paling penting, proyek KF-21.
– Indonesia tidak puas, indonesia telah menyatakan ketidakpuasan dengan penyelidikan yang berkepanjangan terhadap lima insinyur Indonesia yang terlibat dalam pelanggaran data KF-21, dengan menyatakan bahwa masalah tersebut harus diselesaikan sebelum melanjutkan proyek pengembangan bersama.
Pada bulan september tahun lalu, Indonesia secara resmi memberi tahu Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan bahwa mereka hanya akan dapat menegosiasikan amandemen perjanjian tersebut setelah para teknisi dibebaskan dari tuduhan.
Baru-baru ini, Indonesia juga telah meminta pemulangan sementara kelima teknisi tersebut, yang saat ini sedang menjalani larangan bepergian dan sedang diselidiki, menjelang periode Ramadan mendatang.
Badan Kepolisian Provinsi Gyeongnam, yang menyelidiki kasus tersebut atas permintaan DAPA, mengakhiri penyelidikannya pada bulan Desember tahun lalu dan meneruskan kasus tersebut ke kejaksaan. Namun, kejaksaan meminta penyelidikan lebih lanjut, yang mengarah pada penyelidikan yang sedang berlangsung.
Sejauh ini, telah dilaporkan bahwa perangkat USB, yang disita ketika para teknisi Indonesia tertangkap mencoba melakukan transfer data yang tidak sah, tidak berisi informasi sensitif terkait KF-21.
Selain itu, foto-foto yang diambil dari monitor dapat diperoleh melalui permintaan resmi ke KAI, yang menunjukkan pelanggaran prosedural daripada pelanggaran informasi rahasia.
Namun, dampak gabungan dari berkurangnya kontribusi keuangan Indonesia dan kontroversi kebocoran data telah menyebabkan memburuknya sentimen publik Korea Selatan terhadap Indonesia.
Seorang sumber pemerintah menyatakan, “Sejauh yang kami ketahui, tidak ada materi rahasia atau sensitif yang bocor selama penyelidikan. Namun, opini publik harus dipertimbangkan. Berbagai opsi sedang dieksplorasi untuk mempertahankan kerja sama dengan Indonesia pada proyek KF-21, dan diskusi tingkat kerja sedang berlangsung.”
Beberapa ahli berpendapat bahwa pendekatan pragmatis diperlukan, mengingat Indonesia adalah pelanggan utama pertama industri pertahanan Korea Selatan yang kini diakui secara global. Mereka juga menunjukkan bahwa meskipun terjadi insiden penyusupan hotel tahun 2011 yang melibatkan utusan khusus Indonesia dan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, Indonesia tidak meningkatkan masalah tersebut, yang menunjukkan kerja samanya yang telah berlangsung lama.
Perwakilan Yoo Yong-won dari Partai Kekuatan Rakyat, yang hadir dalam pertemuan dengan Laksono, menyatakan, “Indonesia adalah pelanggan pertama ekspor pesawat negara kami dan tetap menjadi klien utama K-defense, setelah membeli pesawat latih dasar KT-1, pesawat latih canggih T-50, dan bahkan kapal selam.” Ia menambahkan, “Dalam pertemuan tersebut, kami menekankan bahwa Indonesia, sebagai mitra dalam proyek KF-21, berhasil melaksanakan inisiatif saling menguntungkan antara kedua negara ini dan menyoroti pentingnya kerja sama pertahanan antara Korea Selatan dan Indonesia.”
Perwakilan Yoo lebih lanjut menyatakan, “Terkait insiden keamanan yang melibatkan teknisi Indonesia, pemerintah Korea Selatan dan Majelis Nasional berupaya keras untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kami telah meminta pihak Indonesia untuk mempercayai kami dan bekerja sama secara aktif”.
(Pasukan Ghoib/Team Grop GWI Dan Sumber : https://mbiz.heraldcorp.com /article/10424588?/Dan Sumber : ref=naver&fbclid=IwY2xjawImV21leHRuA2FlbQIxMAABHVWjcW1XVBYV8UIHcVg-NXQo_3fM_XdDmJ0AtWa-SucGSgjEOPDgpDtnQQ_aem_OxmC687IlkkfgrY4kfHFKQ)