Petani di Pagelaran Keluhkan Kinerja Balai Besar Pasca Demonstrasi

PRINGSEWU| Detikkasus.com – Para petani di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap kinerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) setelah aksi demonstrasi yang mereka lakukan. Musim tanam rendeng yang seharusnya telah selesai pertengahan Januari 2024, ternyata masih berlangsung hingga pertengahan Februari, salah satu penyebab utama adalah masalah distribusi air irigasi yang tidak merata, Minggu (11/2/2024).

Di beberapa wilayah pesawahan khususnya di Kecamatan Pagelaran, pasokan air irigasi yang seharusnya melimpah tidak kunjung tiba. Ahmad (50), seorang petani dari Pekon Gumukmas, mengungkapkan keheranannya bahwa meskipun air di irigasi utama berlimpah, namun tidak sampai ke daerah mereka, termasuk Gumukrejo dan Karangsari. “Air besar, tapi tidak sampai ke tempat kami,” ujar Ahmad dengan nada heran.

Baca Juga:  Ainun Nuraliyah Usia 3 Bulan Butuh Uluran Tanggan Para Darmawan

Keluhan serupa juga diungkapkan oleh Ujang (42), menurutnya masalah ini telah disampaikan kepada pihak kabupaten dan bahkan ke Balai Besar, namun hingga kini belum ada solusi yang efektif.

“Sepertinya Balai Besar mandul, tidak bisa mengatasi masalah kesulitan air di Kecamatan Pagelaran. Kami kalah dengan mafia air,” tutur Jono (55), petani dari Patoman, menambahkan kesaksian serupa.

Baca Juga:  Untuk menjaga Situasi Aman dan kondusif Polres Pringsewu Melaksanakan Patroli Siang MalamĀ 

Para petani merasa telah kehabisan tempat untuk mengadukan nasib mereka “Kami mau mengadu ke siapa lagi, Pak?” ujarnya.

Beruntung, beberapa waktu yang lalu, hujan turun di daerah tersebut, memberikan sedikit solusi alami terhadap masalah yang dihadapi.

Namun, kekecewaan terhadap Balai Besar tetap terasa. Beberapa petani dari Pekon Gumukrejo dan pekon Ganjaran bahkan menyatakan bahwa lebih baik Balai Besar dibubarkan saja jika hanya menjadi lembaga yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

“Lebih baik dibubarkan saja kalau cuma makan gaji buta tapi tidak bisa mengurus yang menjadi wewenangnya,” cetus seorang petani dengan nada kesal.

Baca Juga:  Untuk Mencegah Curat Curas dan Curanmor Dengan Laksanakan Wastor Malam

Kasus di Kecamatan Pagelaran ini menambah daftar panjang persoalan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, khususnya dalam mendukung sektor pertanian. Keberadaan ‘mafia air’ yang mengontrol distribusi air irigasi menjadi salah satu tantangan serius yang harus dihadapi.

Tanpa adanya tindakan tegas dari pemerintah dan instansi terkait, para petani akan terus mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air untuk pertanian mereka, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan hidup mereka. (Iyan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *