Bojonegoro | Detikkasus.com – Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) terus mendorong para petani bawang merah beralih ke penggunaan benih biji. Langkah ini untuk mengatasi ketergantungan benih umbi dari daerah lain serta meminimalkan biaya produksi budidaya bawang merah.
Kepala DKPP Bojonegoro Helmy Elisabeth menyampaikan bahwa saat ini kebutuhan benih bawang merah di Bojonegoro masih tergantung dari luar daerah. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, maka sejak 2022 DKPP berusaha menumbuhkan penangkar benih dari wilayah Bojonegoro sendiri meskipun kapasitas produksinya belum besar.
“DKPP terus menyosialisasikan penggunaan benih bawang merah TSS/biji yang secara biaya lebih murah dibandingkan umbi. Karena menggunakan benih biji melalui teknologi True Shallot Seed, petani bawang merah akan meraih banyak keuntungan dibandingkan dengan cara konvensional menggunakan bibit umbi bawang merah,” ucapnya, Selasa (26/9/2023)
Lebih lanjut Helmy Elisabeth menjelaskan bersama para petani, DKPP, peneliti BRIN dan Panah Merah selaku produsen benih bawang merah melaksanakan percontohan produksi penggunaan benih bawang merah TSS/biji di lokasi percontohan Desa Semenpinggir Kecamatan Kapas. Dari hasil percontohan yang dilakukan tersebut berdasarkan hasil ubinan mencapai kisaran 20 – 29,6 ton/ha bawang merah dalam kondisi basah.
Selain itu, pihak DKPP juga mencoba beberapa metode perlakuan budidaya bawang merah TSS/biji yaitu pada bedengan dengan perlakuan potong pucuk pada persemaian 1 minggu sebelum tanam, telah dihasilkan berat panen basah 29,6 ton/ha. Sedangkan Tanam 2-3 bibit per lubang tanam dihasilkan berat basah 34,4 ton/ha. “Budidaya berikutnya dengan tanam 1 bibit per lubang tanam dihasilkan berat basah 28,8 ton/ha di mana kisaran jumlah umbi per rumpunnya sebanyak 3-6 umbi,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu petani bawang merah Moh. Rifa’i warga RT 03 RW 01 Desa Tanjungharjo Kecamatan Kapas menuturkan bahwa budidaya bawang merah menggunakan biji memang lebih menguntungkan. Selain bisa menekan biaya produksi dan hasilnya lebih banyak, warna juga lebih merah merona, dan umbinya bisa lebih besar dan lebih tahan dengan hama.
“Meskipun kemarin saya mencoba belum 100% hasilnya, dikarenakan ada kendala di pengolahan lahan, namun yang lahannya bagus sudah kelihatan menghasilkan dari biji dengan perbandingan yang dari umbi bawang merah,” tuturnya.
Rifa’i juga menambahkan bahwa dari 2 ons biji bawang merah bisa menghasilkan 4-5 kwintal bawang merah. Harapan kedepanya tetap akan mencoba menanam kembali menggunakan benih biji melalui teknologi “True Shallot Seed”, dan mendapatkan hasil yang melimpah dengan kualitas terbaik serta harga yang bagus.
(Andri)