Oleh :
Hadysa Prana Ka.Perwakilan Kalbar
Media JK (Jejakkasus)Tv Chanel Youtube + Online & Detikkasus Online
FITRAH, bisa jadi kata yang paling sering disebut orang pada saat Idul Fitri atau Lebaran, tapi yang pasti, fitrah itu bukan soal fisik atau yang kasat mata, Fitrah adalah persoalan batin, soal hati; sesuatu yang ada dalam diri manusia.
Dalam bahasa Arab, Fitrah dapat diartikan ” membuka atau menguak ” dan dapat dimaknakan sebagai asal kejadian manusia, keadaan yang suci, atau kembali ke pada tujuan penciptaan,
Lain halnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), kata ” fitrah ” diartikan sebagai sifat asli, bakat, pembawaan perasaan, keagamaan.
Setelah sebulan penuh ditempa ibadah puasa dan berjuang untuk menahan dan mengendalikan hawa nafsu, maka bila berhasil ( khusus yang berhasil ),
Maka sang manusia akan seperti pada saat ketika ia pertama dilahirkan, fitrah sama dengan ” kembali ke titik nol ” karena angka nol adalah angka netral, tidak plus tidak minus.
Maka perayaan Idul Fitri seyogyanya dapat menjadi simbol kefitrahan manusia ; keadaan yang seperti asalnya lagi, maka setelah itu, di tangan si manusia pula untuk kembali memilih ” jalan kehidupan “.
Hidup yang mau lebih banyak nilai plus (+) atau lebih banyak nilai minus (-) ; kehidupan yang berpihak kepada kebaikan atau keburukan, dan siapapun berhak kembali ke fitrah.
Karena selama puasa, setiap manusia sudah ditempa dengan lelaku ibadah wajib maupun sunnah, dan semuanya bermuara pada ada atau tidak adanya ” hasil ” tempaan selama puasa untuk menjadi lebih baik dalam hidup,
Fitrah itulah yang kemudian disebut menjadi manusia yang lebih takwa, lebih baik, lebih optimis, dan Fitrah akan bernilai plus ( + ), namun sebaliknya, bila puasa hanya sebatas ritual dan atau seremoni semata,
Lalu tidak ” berbekas ” dalam kehidupan selanjutnya, apalagi di kehidupan esok, gagal untuk memperbaiki diri bahkan tidak lebih baik ! bahkan bersifat pesimis, maka Fitrah itu bernilai minus ( – ).
Fitrah itu hakikat, hidup manusia hakikatnya tiada, kosong atau hampa, Manusia itu sejak lahir, tidak bawa apa-apa, tidak kuasa apa-apa, maka kini dan kelak menjelang kematiannya, Manusia pun tetap bukan apa-apa, bukan siapa-siapa.
Maka hanya TUHAN Yang Maha Esa yang mampu mengisi tiap tiap manusia, yang berkehendak manusia akan jadi seperti apa ? maka fitrah ” kembali ke titik nol “, adalah simbol dimulainya ” pertarungan “,
Nol adalah simbol kemenangan bagi penyucian jiwa, dan semuannya tergantung manusianya sendiri.
Fitrah di Idul Fitri adalah perjalanan manusia untuk ” menemukan ” kembali JATI DIRINYA sebagai manusia aslinya, bukan seperti yang bukan manusia,
Maka Idul Fitri menjadi momentum untuk mencapai kesucian lahir dan batin, sebuah proses tazkiyatun nafs ( membersihkan jiwa ) yang pernah dikotori oleh diri manusia itu sendiri,
Ikhtiar melapangkan hati untuk menemui orang tua dan orang-orang yang berjasa, lalu berani meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain,
Serta jujur mengakui kesalahan, saling memaafkan itulah Fitrah yang paling hakiki, kembali ke titik nol, agar semua yang pernah dan telah beku menjadi cair, agar kesombongan dan keangkuhan akibat harta dan tahta menjadi sirna …
Karena di titik nol, manusia semakin menyadari bahwa dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, maka sekarang waktunya kembalilah ke titik nol …
SELAMAT MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1444H
“MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN”