Artikel l Detikkasus.com – Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang ada pada lambang burung Garuda. Semboyan atau motto ini menggambarkan Indonesia yang karena terdiri dari puluhan ribu pulau dengan berbagai suku budaya yang beragam. Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Video Penjelasan singkat Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Arti ini semakin menguatkan toleransi dan rasa mencintai atas perbedaan agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat, dan budaya yang ada di Indonesia.
Makna lainnya, Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Semboyan ini harus terus ditanamkan dalam diri setiap warga masyarakat Indonesia, supaya tidak terjadinya perpecahan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara, semboyan tersebut ditulis dalam bahasa Jawa kuno yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Asal-usul bahasa, kata-kata ”Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Jika diartikan secara harfiah, kata Bhinneka artinya beragam atau bermacam-macam, kata Tunggal artinya satu, dan kata Ika artinya itu. Kesimpulannya, secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika artinya ‘beraneka satu itu’. Maknanya, bisa dikatakan bahwa beraneka ragam, tetapi masih satu jua.
Semoboyan ini diambil dari kitab atau kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 M. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tentang Lambang Negara, semboyan tersebut ditulis dalam bahasa Jawa kuno yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Hal ini menggambarkan persatuan dan kesatuan yang terjadi di wilayah Indonesia, dengan keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa daerah, ras, agama, dan kepercayaan, tidak membuat Indonesia menjadi terpecah. Atas segala macam perbedaan inilah kemudian Bhinneka Tunggal Ika dibentuk.
Semboyan ini juga digunakan sebagai ilustrasi identitas alami Indonesia dan dibangun secara sosial budaya berdasarkan keragaman. Dengan adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih memahami, serta Indonesia yang pluralistik memiliki kebutuhan akan ikatan dan identitas yang sama.
Kesamaan identitas mencegah Indonesia tercerai berai karena dilatari keragaman budaya.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dikenal untuk kali pertama pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana sekitar abad ke-14 M.
Bhinneka Tunggal Ika artinya adalah kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno, yang lebih dikenal sebagai kitab Sutasoma. Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Baitnya secara lengkap sebagai berikut:
Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Artinya:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran, Hal tersebut memberi makna inspiratif bagi bangsa Indonesia. Mohammad Yamin menjadi orang pertama yang mengusulkan kutipan tersebut kepada Presiden Ir Soekarno untuk dijadikan semboyan Indonesia. Indonesia ketika itu masih memegang kuat kepercayaan Hindu dan Budha serta menggunakan bahasa Sanskerta dalam penulisan.
Perumusan semboyan ini didasari keberagaman di berbagai pulau dan wilayah yang tersebar di Indonesia. Seluruh perbedaan budaya, suku, kepercayaan dan masih banyak lagi, semuanya mengarah pada persatuan.
Semangat toleransi dengan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, sebagai bentuk sikap menghargai setiap perbedaan. Sebelumnya, semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
Akhirnya, pemerintah menetapkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan resmi Indonesia pada 17 Oktober 1951. Hal ini ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.
Peraturan itu menjelaskan bahwa lambang negara Indonesia terdiri dari Burung Garuda Pancasila, Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, anda juga perlu mengetahui tujuan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berikut penjelasannya:
1. Pemersatu bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
2. Menjaga kesatuan bangsa agar tidak terpecah belah.
3. Wujud cita-cita bangsa Indonesia.
4. Meningkatkan kesadaran pentingya toleransi untuk mencegah perselisihan.
5. Menciptakan kehidupan masyarakat damai dan aman dari konflik.
Selain itu, terdapat pula fungsi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, antara lain:
1. Sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
2. Sebagai pedoman kehidupan dan sarana untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
3. Sebagai sarana menciptakan toleransi.
4. Sebagai cara pandang dalam pengambilan kebijakan hukum dan politik.
Dengan arti dan makna yang telah disebutkan, tujuan Bhinneka Tunggal Ika adalah memunculkan keinginan menerima dan menghargai keragaman.
Tanpa keinginan tersebut akan sulit mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Keinginan tersebut menjadi awal terbentuknya nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pembangunan kesadaran nasionalisme lewat Bhinneka Tunggal Ika adalah upaya menjaga loyalitas serta dedikasi pada bangsa dan negara.
Supriyanto alias Ilyas Ketua Umum LSM Generasi Muda Indonesia Cerdas Anti Korupsi (Gmicak) : Apapun agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat, dan budaya Anda, terpenting Bhinneka Tunggal Ika.
Pengertian Ras adalah kategori individu yang secara turun-temurun terdapat ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang khas. Ras arti lain adalah gagasan bahwa spesies manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok berbeda atas dasar perbedaan fisik dan perilaku yang diwariskan. (Redaksi)