Artikel l Detikkasus.com – Sekalipun orang tersebut telah meminta maaf, mungkin rasa sakit itu masih saja membekas di hati kita.
Meskipun paku yang menancap pada kayu bisa kita cabut kembali, tapi bekas tancapan paku itu akan selalu terlihat.
Kelak akan ada Yaumul Hisab : artinya peristiwa perhitungan amal manusia selama di dunia. Mengenai kebenaran tentang salah satu peristiwa dari hari kiamat ini, Allah SWT telah menjelaskannya dalam Al Quran melalui surat Sad ayat 16.
Artinya: “Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan.”
Salah satu kehidupan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa yang terarah kepada sesama manusia. Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita diajari untuk memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita diajari untuk meminta maaf. Tulisan ini akan melakukan kajian terhadap dua hal di atas, yaitu memaafkan dan meminta maaf.
Sabar dan Memaafkan: Dalam kehidupan sehari-hari ada saja perbuatan orang lain yang tidak berkenan bahkan menyakitkan hati kita. Bila kita menyimpannya dalam hati, rasa sakit itu ternyata menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikologis.
Sakit hati juga menjadikan hati manusia dipenuhi marah, dendam dan benci kepada orang lain yang dipersepsi merugikannya. Ini menjadi sumber stres dan depresi manusia. Hati yang dipenuhi energi negatif, akan mengarahkan individu untuk berkata-kata yang destruktif, baik dalam bentuk rerasan, pengungkapan kemarahan di depan publik, maupun hujatan. Dampak lebih jauh adalah kekerasan, termasuk di dalamnya mutilasi.
Bagaimana semestinya kita menyikapi perilaku orang lain yang mengganggu kita? Jawaban pertama adalah kesabaran. Allah ‘azza wa jalla (QS al-Baqarah (2) : 155-156) berfirman:
“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa. Namun, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).
Semoga kita dapat menjaga lisan kita dari ucapan yang tidak bermanfaat, dan semoga Allah memaafkan dan mengampuni dosa dari lisan dan seluruh anggota tubuh kita lainnya, Aamiin.
Penyusun: Supriyanto alias Ilyas Pendiri Pondok Pesantren Raja Muhammad Hafidz Yayasan Gemindo