Detikkasus.com | Pringsewu -Lampung
Rabu 15-4-2020, Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari Kemensos belum tepat sasaran. Para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang digaji dari APBN, terkesan menjual nama baik Dinsos.
Informasi yang dihimpun awak media di lapangan, 3000 penerima manfaat, dengan sepuluh e warung, kepala keluarga sekecamatan Gadingrejo mendapat bantuan BPNT. Para kekuarga miskin ini diberikan bantuan berupa 10kg beras, 1kg telur, 1kg buah fire, 1/2kg kacang hijau, 1kg kentang, Sayangnya pendamping oknum yang bermain untuk mendapatkan keuntungan peribadi.
Misalnya di kecamatan gading, sekitar 3000 warga mendapat program BPNT. Para warga tidak mampu diberikan beras dan telur dari Kemensos yang bisa diambil di warung-warung berlogo BRI Link. Sayangnya belakangan ada oknum yang memanfaatkan program ini.
Melihat dari administrasi E-warung bahwa kesepakatan yang di buat oleh kedua belah pihak seharusnya di buat sebelum suplyaer MJM mengirim barang tapi ini yang terjadi malah sebaliknya bahkan e-warung menerima kopian saja untuk bulan Januari dan Februari,
Dan menurut keterangan di lapangan bahwa E-warung tidak tau apa-apa yang mengatur semuanya itu Pendamping dan suplayer MJM kami tau nya hanya di kirim barang saja ujar salah satu e-warung di Kecamatan gading
Pendamping Tenaga Kesejahteraan dinsos Kecamatan (TKSK) Bowok saat di hubungi via telpon tidak di angkat dan di coba di hubungi via WA juga tidak di balas no 62 853-6971-XXXX
Bahkan diakui As sebagian warga masih mengambil bantuan BPNT melalui agen BRILink dan sebagian besar lainnya pengambilan beras dan telur melalui para pendamping PKH. Bagi warga miskin yang mengambil bantuan BPNT melalui BRI Link tentu logistik itu disediakan oleh kube yang memiliki e-waroeng. Tapi bagi yang mengambil bantuan BPNT melalui pendamping PKH tentu pengadaan logistik dilakukan langsung oleh para pendamping PKH ini.
“Soal beras dan telurnya dari mana saya tidak tahu, yang pasti sebagian warga mengambil bantuan BPNT ini dari PKH. Yang penting kualitas berasnya premium,” ujar AS yang seolah tutup mata dengan penyimpangan yang dilakukan para pendamping PKH ini.
menjelaskan para pendamping PKH ini lebih dulu ada dibandingkan TKSK. Demikian juga dengan program BPNT. Jadi mereka yang lebih paham dilapangan dan lebih dekat dengan warga penerima BNPT.
“Kalaupun mereka menjadi pemasok logistiknya saya juga tidak tahu. Yang pasti warga mengambil BPNT ini dari pendamping PKH,”
(Bambang /Borneo)