Tuan Huluan Saragih Garingging, Bagian Kisah Yang Terlupakan Dari Tuan Bulu Raya

Detikkasus.com l Labuhanbatu – Sumut

(28/11/2019) Oleh Hendra Saragih dan Anton Garingging cucu dari Tuan Buluh Raya, Pada zaman dahulu kala adalah Perbapaan (Si Opat Suku) dari Kerajaan Raya, yang lokasinya sekarang ada di Buluh Raya huta di daerah Nagori siporkas.

di masa pemerintahannya pada saat itu Tuan Buluh Raya Tuan Huluan Saragih Garingging adalah Tuan yang sangat di segani dan sangat di perhitungkan dan sebagai Raja yang bijaksana pada Rakyatnya.

Sama seperti pendahulunya Ayahnya sendiri Tuan Buluh Raya Tuan Mahata Saragih Garingging dan Kakeknya juga Tuan Buluh Raya Hahisar Saragih Garingging dan kakek buyutnya juga Tuan Buluh Raya Tuan Naihorsik Tuan Buluh Raya.

Wilayah Kekuasaanya sendiri berbatasan dengan Saninanya sendiri dari Kerajaan Raya, yang sebelah utara Tuan Raya Dolok dan sebelah Timur langsung dari Kerajaan Raya. Dan wilayah Kekuasaan Tuan Buluh Raya pada saat itu mulai dari Huta Badursa atau huta Bah Biruh (namanya saat ini) sampai ke Raya Kahean (Sindar Raya).

Ketika Partuanon Raya di Berikan Raja Nagur (Kerajaan Batak Timur Raya), kekuasaan menjadi kerajaan di situlah mulai di sebut “RAJA” Bukan Patapei Sihilap menentukan Raja. Itu sebabnya Tuan Buluh Raya pada saat itu di sebut rakyatnya sebagai Raja.

Tuan Buluh Raya selalu berhubungan baik dengan saninanya di Kerajaan Raya dan selalu duduk bersama atau bermusyawarah dalam menentukan aturan dan kebijakan-kebijakan di Kerajaan Raya dan partuanon-partuanon di Raya.

Perselisihan pertama terjadi antara Tuan Buluh Raya (waktu itu Tuan Huluan Saragih Garingging)dengan Raya adalah ketika pengangkatan Tuan Rondahaim Saragih Garingging di angkat jadi Raja di Raya.

Baca Juga:  Kades Tebing Tinggi Tg Beringin Terancam Berurusan DenganPihak Berwajib

Jadi pada saat itu Tata Harunggun Bolon (Permusyawaratan besar) telah menetapkan bahwa yang berhak menjadi Raja di Raya adalah harus di lahirkan permansuri Boru Purba Dasuha yang dari putri Kerajaan Panei atau Partuanon Bajalinggei dan menggambil permansurinya juga dari putri Kerajaan Panei atau Partuanon Bajalinggei.

Karena jelas dari Syarat tersebut yang berhak jadi raja di raya adalah TUAN BULUH RAYA (pada saat itu Tuan Huluan Saragih Garingging), Karna Tuan Buluh Raya turun-temurun mengambil permansuri (Puang Bolon) Boru Purba Dasuha dari kerajaan Panei dan Partuanon kerajaan Panei Tuan Simarimbun.

Dari situlah awal terjadi perang saudara antara Tuan Raya (Tuan Rondahaim) dengan Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan) dan partuanon-partuanon lainnya yang dari Raya, kejadian tersebut memang sudah di ketahui tiga orang Paman (Tulang) Tuan Rondahaim, di mana Ibunda Tuan Rondahaim adalah adek perempuan (Botou) mereka yang bernama Puang Ramonta Boru Purba Dasuha, dan ketiga Paman (Tulang) Tuan.

Rondahaim tersebut berkedudukan sebagai GURU RAYA di kerajaan Raya. Untuk meredam perang saudara dan isu-isi tersebut dengan saudaranya maka dengan secepatnya Paman (Tulang) Rondahaim menyuruh Tuan Rondahaim mengambil pemansuri (Puang Bolon) boru purba Dasuha dari Bajalinggei jadi permansurinya.

Tetapi Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan) sudah tidak mengakui kerajaan Raya, dan mulai memberontak dan ingin berdiri sendiri dan ingin gabung dengan kerajaan Padang di Deli Serdang.

Dari sinilah terjadi perperangan-perperangan dengan kerajaan Raya di tambah juga karna Perdagangan Lada (tiga-tiga lada) sudah pindah ke daerah tebing tinggi, dan daerah tebing tinggi adalah daerah yang sangat dekat dengan Raya Kahean yang daerah kekuasaan Tuan Buluh Raya.

Baca Juga:  Dipimpin oleh Kanit Intelkam Polsek Busungbiu Gelar Razia Ranmor di Simpang Boketan

Tuan Huluan adalah seorang yang berilmu tinggi dan sangat di akui sampai ke kerajaan padang dan Tuan Huluan lah satu-satunya yang selalu di perang Tuan Rondahaim dan tidak pernah di taklukan atau di kalahkan.

Dari kedua keturunan si Pinangsori ini (Tuan huluan dan Tuan Rondahaim) sama-sama mempunyai kelebihan masing-masing. Tuan Huluan kebayakan dari ilmu-ilmu (pambotoh) Marbisa sedangkan Tuan Rondahaim di stategi berperang, dari sinilah ada istilah Guru mandoit pakon Guru panambari.

Dan Tuan Rondahaim selalu menyerang Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan) dari daerah Deli Serdang baru masuk ke daerah Raya Kahean (daerah Sindar Raya) baru ke Buluh Raya.

Pernah ketika Tuan Rondahaim menyerang Tuan Buluh raya (Tuan huluan) dengan kekuatan penuh dan mengepung Tuan Buluh Raya dari segala penjuru, dan Tuan Huluan tau bahwa berperang tidak mungkin menang karena sudah di kepung dari segala penjuru. Atas ilmu yang dia miliki dia mengambil sebuah daun (Daun Torop) dan di isi dengan air dan seketika itu Rondahaim dan pasukannya melihat Buluh Raya sudah tengelam seperti laut.

Dan untuk memastikan, pasukan Rondahaim mengambil sebuah kayu yang panjang sekali atau seperti kayu Rotan dan mengukurnya untuk mengetahui kedalaman air tersebut. Ternyata sangat dalam, dan akhirnya Tuan Rondahaim dan pasukanya pulang dan menyatakan telah menang dan mengalahkan Tuan Buluh raya (Tuan Huluan).

Baca Juga:  PHBI Dinkes Sergai Gelar Tabligh Akbar dan Zikir Peringatan Maulid Nabi

 

Jadi Pada Tahun 1892 setelah Tuan Rondahaim Saragih Garingging Marujung goluh (meninggal Dunia), dan di gantikan Oleh anaknya Tuan Kapoltakan Saragih garingging jadi Raja di Raya, dan Tuan Raya Kapoltakan ini adalah raja yang pintar dan baik dan sangat mengasihi di dalam pemerintahannya, sangat berbeda besar dengan ayahnya Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Setelah itulah Tuan Huluan (Tuan Buluh Raya) sudah mulai mendekatkan diri dengan kerajaan Raya.

Sekitar Pada Tahun 1902 Tuan Kapoltakan (Raja Raya), Dia datang meminta Partahian ke pada Tuan Gintolir Tuan Controleur Voor De Bataksche Aangelegenheden di bangun Purba (Tuan Westenberg) atau Belanda ke Pematang Raya, Dia (Tuan Kapoltakan) beserta dengan gamot pada saat itu mengumpulkan semua Parbapaan dan Partuanon-partuanon baggal( besar), termasuk Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan) karena Tuan Buluh Raya di kerajaan Raya masuk dalam Parbapaan(si opat suku) untuk menandatangani Surat Parpadanan (korte Verklaring) tanda bahwa tetap sapanriah (bermusyawarah) di Kerajaan Raya.(Dj. S, Sinalsal No. 30/September 1933/Tahun III (Extra Number)).

 

Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan Saragih Garingging) mempunyai istri (Binuat) 12 orang dan mempunyai Anak dan Boru 32 Orang, Laki-laki (Dalahi) 17 orang dan Perempuan (Naboru) 15 Orang.

Dan Pada Tahun 1915, Tuan Huluan Saragih Garingging Marujung goluh (meninggal dunia) dan di gantikan oleh anaknya Tuan Duduk Saragih Garingging ayah dari Bapak Saya menjadi Tuan Buluh Raya.

Demikianlah Sedikit kisah dari Tuan Buluh Raya (Tuan Huluan Saragih Garingging).

Dari Hendra S. Garingging.

Cucu dari Tuan Buluh Raya. ( J. Sianipar )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *