detikkasus.com | Bombana -, Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, begitulah metafora yang melukiskan sebuah program pemerintah ketika memasuki daerah pelosok nusantara, sebahagian masyarakat daerah bersyukur dan berfikir agar program tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin, sebaliknya ada masyarakat daerah dengan sosiologi yang berbeda justru menjadikan program tersebut sebuah momentum untuk memperoleh profit yang memelihara kesenjangan.
Berbeda dengan peristiwa penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang terjadi di SD 58 DONGKALA yang dikurangi ½ dari total anggaran dengan alasan biaya materai dan transportasi, SDN 109 LENGORA PANTAI Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sultra justru lebih carut marut. Pasalnya, siswa pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) hanya mendapatkan Rp. 50.000,- dari total Rp. 450.000,- yang harusnya diterima/siswa.
Salah satu siswi SDN 109 berinisial (AP) bersama orang tua/walinya membenarkan hal tersebut, menurutnya, “ kami hanya menerima itu (Rp.50.000,-) pada tahun 2018”, tuturnya singkat.
Di tempat yang berbeda, Budiman (kepsek) sejenak menyangkal terkait hal tersebut. Menurutnya Dana yang dibagikan kepada 30 siswanya sebesar Rp. 50.000,-/siswa merupakan dana BOP yang diartikannya sebagai Bantuan Siswa Miskin.
“ seingat saya semenjak menjabat jadi Kepala sekolah sejak bulan Mei 2018 lalu sekolah kami belum pernah dapat dana PIP, kecuali BOP bantuan siswa miskin. Tapi, jangan sampai saya lupa namanya juga saya manusia biasa”. Ungkap Budiman santai, Sabtu (09/03/2019).
Selain hal tadi, beberapa informasi yang berhasil dihimpun bahwa pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk siswa SDN 109 LENGORA PANTAI hanya sekitar 9 orang, sementara sebanyak 30 siswa mendapat masing-masing Rp.50.000,-. Hal ini tidak dikomentar Budiman.
Laporan:Hamka.