Diskusi Politik Dalam Secangkir Kopi Dengan Tema “Budaya Malu vs Budaya Protes” Bersama Mulana Samosir

Detikkasus.com | Indonesia-Propinsi Sumatera Utara-Kabupaten Humbang Hasundutan, –
Malu sebagai budaya harus dimulai dengan kebiasaan malu pada diri sendiri jika melakukan kesalahan. Kesalahan dalam bentuknya bisa diidentifikasi dengan norma, aturan, serta hukum, yang berlaku. Etika dan asas kepatutan melahirkan politik nilai dalam hal perebutan kekuasaan. Pun diperlukan dalam hal memprotes suatu situasi.
Protes dalam prakteknya harus  dilandasi argumentasi bukan protes dengan sentimen. Secara empiris masyarakat Indonesia mengalami trauma berpikir dan bersuara akibat rejim diktator selama 32 tahun, kemudian masa reformasi kita dibajak oleh jejak-jejak Orde Baru serta kepentingan-kepentingan yang tidak ingin Indonesia maju dan besar. Dan kini generasi milenial dicerabut kesadarannya secara sistematis melalui dogma pendidikan dan perilaku pejabat dan penegak hukum yang jauh dari rasa keadilan dan asas-asas kepatutan. Artinya perubahan yang signifikan tidak terjadi pada negara ini selama puluhan tahun sejak merdeka. Korupsi Kolusi Nepotisme masih terjadi. Terutama di Sumut, pemimpin daerah dan pejabat publik mempertontonkan pelanggaran hukum berat, korupsi secara bersama-sama.
Pengetahuan sejarah bangsa, pendidikan hukum dan politik yang rendah, menyebabkan warga negara ini terlepas dari perannya sebagai pemberi mandat bagi pemimpin dan wakil rakyat. Rakyat seolah-olah menjadi pengemis bagi  keadilan dan kesejahteraan, padahal rakyat adalah pemberi amanat. Rakyat adalah sebenar-benarnya pengawas kebijakan publik. Bagaimana penyelenggara negara memperlakukan rakyatnya hari ini adalah gambaran masa depan bangsa ini. .
Namun tidak semestinya kita pesimis. Bersikap apatis dan membiarkan orang-orang yang telah disumpah untuk menjalankan amanat rakyat itu terus berlaku curang, adalah investasi bagi kemunduran bangsa ini. Rakyat harus aktif mengawal pembangunan. Salah satunya yakni dengan  melakukan penguatan diri masing-masing dalam komunitas dengan membenturkan teori-teori kita dengan realitas hari ini. Demi kehidupan berbangsa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab. (Evendy.M)

Baca Juga:  LSM - WARTAWAN BUKAN MUSUH TNI - POLRI - ATAU INSTANSI PEMERINTAHAN TETAPI MITRA, BERIKUT INI PENJELASANNYA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *