DETIKKASUS.COM | SABTU,27 OKTOBER 2018 – Masyarakat tionghoa Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Rokan Hilir Riau terus mengharap perhatian dari Pemerintah daerah, terkait jalan yang selama ini tidak pernah tersentuh oleh anggaran dari pemerintah, baik pusat serta propinsi maupun daerah.
Pantauan detikkasus.com di lapangan, wilayah pesisir yang berbatas langsung dengan negara luar sesuai janji Jokowi akan mendapat prioritas, namun kenyataanya untuk daerah seperti kecamatan Pasir limau kapas kabupaten rokan hilir riau yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, kondisinya masih sangat memprihatinkan tonggal menunggu roboh.
Setidaknya ada dua titik jalan di Desa Palika ini yang belum tersentuh bangunan pemerintah yaitu jalan Karya Ujung Kepenghuluan Teluk Pulai, Dusun I RT/RW 01/01,juga jalan perguruan metodis dan setiap hari di lintasi bagi anak sekolah.
Ditempat ini warga mengaku belum pernah tersentuh pembangunan secara parmanen seperti desa lain. Selama ini warga secara swadaya membangun jalan pelantaran diatas air dengan bahan baku kayu seadanya dan hanya dilewati untuk jalan kaki yang menghubungkan rumah warga yang bermata pencarian sebagai nelayan.
Gambaran desa nelayan di pesisir pulau Sumatera ini kondisi jalannya cukup parah dan sangat memprihatinkan, sebab sebagian warga menggunakan jalan pelantaran kayu ini digunakan berkendaraan bahkan juga dilewati gerobak sorong yang mengangkut keperluan masyarakat.
Untuk diketahui, selama ini masyarakat di daerah ini hanya mengandalkan persatuan khusus warga Tionghoa untuk memperbaiki rusak kayu jalan pelantaran. Warga disini tidak segan-segan mengumpulkan dana dari rumah ke rumah untuk memperbaiki jalan yang rusak.
Jalan pelantaran kayu ini dengan panjang sekitar 100 meter dan lebar 2 meter dan berdiri diats tiang tonggak sekitar 3 meter. Bisa dibayangkan, jika jalan ini roboh dipastikan semua warga harus bersusah payah mengarungi air laut untuk sampai ke tempat lainya.
Gambaran desa di Panipahan ini, merupakan desa diatas air yang kondisi alamnya di wilayah pesisir laut yang senantiasa digenangi air pasang. Persoalan jalan dan air bersih adalah kendala yang mereka hadapi selama berpuluh-puluh tahun sejak daerah ini ditempati para nelayan.
Beberapa warga Tionghoa (27/10/2018)salah satu warga menyampai kan keluhan nya adalah berinisial HEN,dan di dampingi FIt, mengatakan sangat kecewa dengan pemerintah saat ini. Mereka seolah-olah seperti dianaktirikan, karena di daerah lain sudah merasakan pembangunan, namun di daerahnya masih belum tersentuh pembangunan secara parmanen.
“Padahal kami setiap tahunnya bayar pajak dan sesuai aturan yang di tetap kan oleh pemerintah,” ujarnya bersedih.
Untuk itu, mereka mohon perhatian pemerintah terkait jalan saat ini, dan meminta agar segera di politisi yang mereka pilih untuk melihat kondisi mereka di daerah ini.
“Kami sebagai warga selama ini hanya bisa berusaha sesuai kemampuan,” tandasnya.***[M.manurung]