SITUBONDO | Detikkasus.com – Cara unik Kepala Desa Olean, Kecamatan Situbondo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur menghidupkan kembali warisan leluhur Tajin Sorah yang dikenal dengan nama Bubur Suro. Tajin Sorah biasa di temukan di berbagai daerah pulau jawa dan Madura sebagai warisan turun temurun pada saat bulan Suro atau Muharam, untuk Kepulauan Madura dan Jawa Timur.
Warga Desa Olean masih tetap mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh lelulurnya. Salah satunya, adalah tradisi tajin sorah. Pada bulan ini warga desa membuat Tajin Sorah secara bergantian selama sebulan penuh, kemudian diantarkan ke tetangga dan sanak saudaranya. Walaupun dengan bergesernya jaman, keberadaan makanan tradisional Nusantara makin tergeser oleh berbagai menu masakan modern termasuk Tajin Sorah.
Perlu diketahui kegiatan tersebut berlangsung meriah dengan dipadati ribuan orang di Balai Desa Olean berlangsung sekitar pukul 18.00 Wib, Rabu (19/09/2018). Sebelumnya dilakukan kegiatan Penjamasan Pusaka (Keris) Desa Olean yang kemudian dilanjutkan dengan menikmati Tajin Sorah dengan makan bareng-bareng.
Kades Olean, Ansori berupaya tetap melestarikannya dengan membuat Tajin Surah massal dan direncanakan mencetak rekor MURI menikmati bareng Tajin Sorah dengan peserta terbanyak.
“Tajin Sorah digunakan oleh warga kami secara turun temurun dalam rangka menyambut bulan Suro /Muharam dengan saling membagikan ke sanak keluarga dan tetangga dengan bahasa Madura (Ter ater)”, ucapnya.
“Sesuai tradisi masyarakat desa Olean, Ansori menjelaskan dalam memasak Tajin Sorah dilakukan oleh pria dari mencuci bahan, pengadukan di atas tungku, hingga penyajian. Kemudian perempuan hanya membantu saja”, kata Kades Olean, Ansori. Rabu, (19/09/2018).
Lebih jauh lagi, Ansori menjelaskan, “Sesepuh kami mengajarkan jika dalam kehidupan rumah tangga tanggung jawab itu berada di pundak laki – laki, sehingga sejak jaman dulu khusus untuk pembuatan tajin sorah di lakukan laki – laki, mengingat bulan Suro itu merupakan salah satu bulan yang di sakralkan dalam kehidupan suku jawa dan madura”.
“Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kembali warisan leluhur, nantinya bisa menyambut Tahun Kunjungan Wisata Situbondo 2019”, ungkapnya. (P4)