Kepemimpinan Politik Kaum Muda

 

Oleh : Arifudin
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT NTB)

Detikkasus.com | Kata politik berasal dari bahasa Inggris, merupakan “politisi” dari bahasa Yunani “Politikus” yaitu (menyangkut warga negara) politisi (seorang warga negara), Polis (kota, negara) Politeian ” kewargaan” (Bagus, 2000: 857).

Menurut Isjwara (1999: 27) bahwa teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik (political institution). Tetapi bukan negara dalam keadaan yang statis, melainkan negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup bermasyarakat.

Menurut hemat penulis politik sebagai orang untuk bagaimana mendapatkan, mengelola dan mempertahankan kekuasaan. Didalamnya, ada keputusan-keputusan yang bersifat publik, kompromi, dan konsensus antar berbagai variabel yang terlibat didalam politik. Maka politik sebagai sebuah instrumen untuk masuk ke dalam arus kekuasaan.

Dalam konteks pemuda, menurut hemat penulis, politik adalah merupakan alat untuk melakukan kepemimpinan pemuda yang mampu mentransformasi nilai-nilai politik dari generasi tua ke generasi muda. Sekaligus penerimaan anak-anak muda sebagai atas konsep, nilai dan tanggungjawab dari generasi sebelumnya, dan melakukan revitalisasi, terhadap warisan tersebut untuk kemudian dielabora pada tataran praktis demi kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar.

Baca Juga:  Kegiatan Rutin Pengaturan Pagi Untuk Atensi Giat Masyarakat dan Pelajar Ciptakan Rasa Aman

Kepemimpinan politik adalah proses panjang yang tak pernah selesai, yang menanggung tanggungjawab dan beban sejarah yang bisa diwarisi. Dalam kepemimpinan politik memerlukan generasi pengganti yang matang, dengan segala resiko akan beban sejarah tersebut. Oleh karena itu untuk menata Indonesia, diperlukan “peremajaan” generasi, dengan mengambil generasi baru sebagai pilar kekuatannya.

Generasi baru ini yang terdidik menjadi baru dan melahirkan kesadaran baru, bahwa nasib rakyat tidak bisa digantungkan dengan cuma mengandalkan pada impian ratu adil. Kesadaran baru itu bagi Rinakit menyerukan dikeluarkan 28 Oktober 2007, atau lebih tepatnya pada memendam menyongsong peringatan 100 tahun kebangkitan Nasional dan 80 tahun sumpah pemuda dengan menyebarkan jangan ” saatnya kaum muda memimpin” lewat jargo yang lain “jalan baru pemimpin baru” (Sunardi Rinakit, 2007).

Baca Juga:  Waka Polda Aceh : Polisi Siap Mengamankan Sidang Pleno Sampai Ke Tingkat KIP Provinsi

Itulah yang menandai momentum kesadaran akan perlunya kebangkitan pemuda indonesia, sebagai saat yang tepat untuk mempertanyakan kembali kisah tokoh-tokoh muda lintas partai, lintas agama, lintas etnik, dan lintas golongan, untuk mencantumkan berbagai kepentingan fksional ke dalam suatu kehendak kolektif, yang disebut Antonio Gramsci sebagai historis blom (Yudi Latif, 2007).

Pembentukan bloc historis yang secara genuine muncul dari kalangan muda tersebut, memerlukan apresiasi penting bagi pengembangan proses Regenerasi kepemimpinan.

Baca Juga:  BPN Pelalawan Buat Terobosan Lagi Permudah Masyarakat.

Regenerasi kepemimpinan merupakan suatu yang niscaya dalam kehidupan bermasyarakat, entah di negara yang demokratis atau negara yang otoriter. Karena apabila stok kepemimpinan berhenti, maka suatu bangsa bisa kehilangan strategi dan pemimpin politiknya. Sebab itu, Regenerasi tidak saja penting, tetapi juga dinantikan bagi suatu negara manapun, apalagi sperti Indonesia yang mengalami transisi demokrasi.

Menurut hemat penulis kepemimpinan politik kaum muda bukanlah mitos, tetapi merupakan harapan bagi bangunan masa depan kita sebagai bangsa ditengah transisi demokrasi yang berjalan. Transisi menyisakkan berjuta harapan, tetapi di antara harapan-harapan itu, transisi justru menyimpan sejuta kemungkinan yang mesti direbut dan dikalkulasikan. Disinilah wilayah kerja kelompok muda bisa dipertaruhkan. Amien Allahumma Amien. ***

Wadukopa, 16/08/2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *